RSS

Arsip Bulanan: Agustus 2008

Ayo Kuliah Alternatif Gratis!


Jika ingin kuliah yang berbeda dari yang lain,

Jika ingin kuliah tanpa SKS

Jika ingin tahu Cara Belajar Otodidak

Jika ingin mengembangkan kecerdasan

Jika ingin menjadi orang hebat

Ayo Kuliah Alternatif di belakang Terminal Depok YABIM Master

Kuliah Pertama; 14 September 2008

Kuliah aktif secara Normal pada bulan Oktober atau akhir bulan syawal

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Mari Belajar Otodidak


Ketika pendidikan semakin mahal. maka sosulis yang terbaik yakni belajar atas kemauan sendiri dengan usaha sendiri, baik belajar dari buku, orang lian, kenyataan atau kehidupan, lebih dikenal dengan Belajar Otodidak (BO). Sebab jika ingin hidup survife dalam abad 21 harus mau belajar sendiri.

Setiap Anda harus belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan yang semakin kompleks. selamat belajar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Anda mau sekolah Gratis?


Siapa saja dapat bersekolah gratis di terminal Depok Jawa Barat, baik untuk PAUD, TK, SD, SLTP, SMU dan Kuliah Alternatif.

Anda tinggal datang langsung, menunjukkan bahwa berasal dari keluarga tidak mampu, pengasong, anak jalanan, yatim atau piatu dan masyarakat marjinal. Anda akan diterima di sekolah gratis tersebut. Ayo buruan daftar! Anda bisa menghubungi 02192612047.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Relawan Guru Master, Pejuang sejati


Para relawan guru Master berdatangan dari berbagai Universitas yang ada di Jakarta, di samping beberapa mahasiswa yang sengaja dikuliahkan pihak Master ke berbagai universitas agar nantinya dapat membina Pendidikan Gratis yang jauh lebih baik.

Para relawan guru, menurut saya merupakan para pejuang sejati yang mengabdi tanpa pamrih. Meski sebagian dibayar hanya ganti uang transport saja.

Selamat berjuang, sobat relawan guru. Semoga amal Anda bermanfaat di dunia dan akhirat, sekaligus diterima Allah SWT. Amien!

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Nurrohim dkk pejuang pendidikan gratis


Adalah Bapak Nurrohiem yang lahir di tegal 3 Juli 1971 ayah empat anak; Faisal, Raihan, Sabrina, Nabila.  Pendidikan yang ditempuh yakni SD di Tegal, Tsanawiyah Pesantren Mahadut Tholabah di Tegal, SMA persamaan di Jakarta, Sekolah Tinggi Agama Islam Jakarta jurusan Tarbiyah 3 tahun dan Pendidikan Guru Jaringan Sekolah Islam terpadu  (JSIT) 1 tahun.  

Nurrohiem dapat mewujudkan pendidikan gratis di Depok setelah bergabung dengan remaja masjid Al-Muttaqien pada tahun 2002,  meski Yayasan Bina Insan Mandiri secara administratif berdiri pada Januari 2004 oleh Nurrohiem dan Purwandriono, sedang ketuanya saat ini Mustami’in.

Purwandriono alumni IKIP Jakarta yang mengenal Nurrohiem ketika makan di warungnya,  berusaha mendatangkan relawan guru. Syukurlah usaha ini berhasil, sehingga masalah kendala guru dapat diatasi. Kini jumlah relawan guru  sekitar 60 orang.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Mari menyumbang untuk pendidikan gratis


Lembaga Pendidikan Master yang berada di belakang terminal Depok, dari Paud, TK, SD, SLTP, SMA dan sedang dirintis Kuliah Alternatif, butuh bantuan dari para pembaca sekalian agar dapat berjalan dengan baik. Sebab lembaga tersebut masih terjerat hutang hampir seratus juta lebih, padahal biaya operasional setiap hari terus berjalan.

Jika Anda ke Terminal Depok, mampir saja ke Master Terminal Depok samping masjid Al-Muttaqien, lihat sendiri, dan sumbang secara langsung, baik uang atau barang. Semoga amal anda diterima Allah! Amien!

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

data SMP Master


 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

sebagian kata pengantar buku!


Dari masyarakat, untuk masyarakat, oleh masyarakat dan kembali pada masyarakat merupakan motto yang tepat untuk Master. Siapa saja dapat terlibat dan membantu sesuai kemampuan yang dimiliki, sekaligus merasa memiliki lembaga tersebut, sehingga dapat melakukan sesuatu yang optimal demi peningkatan kualitas SDM masyarakat marjinal.

Untuk hal inilah, buku sederhana ini hadir. Supaya masyarakat miskin, marjinal, yatim piatu, anak jalanan, pengasong dan pengamen merasa bahwa ada yang peduli pada masa depan mereka, salah satunya PKBM YABIM Master Belakang terminal Depok.

Dari buku ini diharapkan lahir tokoh-tokoh yang peduli seperti Nurrohiem dkk untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Gratis dimana pun mereka berada dengan tidak menunggu adanya gedung, sarana dan menunggu kaya untuk melakukan hal ini. Mulai detik ini, siapa saja dapat memulai proyek ini.

Bagi pembaca dengan latar belakang apa pun, paling tidak buku ini mengetuk hati Anda untuk peduli, juga mulai detik ini. Yah! Marilah kita berlomba-lamba berbuat baik, membantu orang lain secara tulus, dan peduli keadaan sekitar. Hal ini sebenarnya demi kebaikan kehidupan yang dijalani, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Dua tangan kita rentangkan, digabung dua tangan-dua tangan lain, lalu saling berpegang erat untuk membantu antara yang satu dengan lain tanpa melihat perbedaan Suku, Ras, Agama, Budaya, dan latar belakang. Kita adalah manusia yang diciptakan Tuhan demi mengelola dunia untuk meraih kebahagiaan.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Segera terbit “Pendidikan Gratis, Perstasi Selangit!”


Judul buku:

Master “Masyarakat Marjinal”

Mendobrak zaman

PENDIDIKAN GRATIS

PRESTASI SELAGIT

Penulis

Hamba Allah

Penerbit Ka Tulis Tiwa Press Jakarta

Beri komentar judul yang lebih baik.

Ini untuk sosial, makanya penulis disebut hamba Allah

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 28, 2008 inci Uncategorized

 

Membeli Buku Langsung dari Penulis


Anda Ingin Membeli Buku Langsung dari Penulis, ikuti langkah berikut ini!

1. Pilih buku yang Anda Beli a. Mau Kuliah Alternatif? BELAJAR OTODIDAK, Dong! Ahmad Zamhari Hasan, tebal 284 halaman, harga Rp. 40.000,- termasuk ongkos kirim. b. BERNIAGA DENGAN IMAN, Zamhari Hasan, harga Rp. 25.000.- termasuk ongkos kirim c. Novel; BIDADARI POSMODERN, harga Rp. 17.500,- d. Semua buku seharga; 75.000,- (diskon 7.500) termasuk ongkos kirim 2. Transfer ke nomor rekening 0094357778, Bank BNI Cabang Bondowoso Jatim 3. Anda dapat pelayanan berupa; a. konsultasi via Hp. 08176956688 b. Dialog via email sam_penulis@yahoo.com, otodidaktor@yahoo.co.id, dan Blog http://www.sampenuliswordpress.com. c. Silaturrahmi dengan penulis di Stasiun Depok Lama No. 08 Depok Jabar Buruan, mumpung Kesempatan Emas ini ada! INGAT JUMLAH BUKU TERBATAS, Lho!

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 27, 2008 inci Uncategorized

 

Islam menangis


<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:”Book Antiqua”; panose-1:2 4 6 2 5 3 5 3 3 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} @font-face {font-family:”Brush Script MT”; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:script; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} h1 {mso-style-next:Normal; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; page-break-after:avoid; mso-outline-level:1; font-size:14.0pt; font-family:”Brush Script MT”; mso-font-kerning:0pt; font-weight:normal;} span.MsoEndnoteReference {mso-style-noshow:yes; vertical-align:super;} p.MsoEndnoteText, li.MsoEndnoteText, div.MsoEndnoteText {mso-style-noshow:yes; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} p.MsoBodyTextIndent, li.MsoBodyTextIndent, div.MsoBodyTextIndent {mso-style-noshow:yes; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-indent:27.0pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} p.MsoBodyTextIndent2, li.MsoBodyTextIndent2, div.MsoBodyTextIndent2 {mso-style-noshow:yes; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; text-align:justify; text-indent:26.95pt; line-height:200%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Book Antiqua”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:595.3pt 841.9pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;}

“Islam Menangis!”

Zamhari Hasan[i]

Pisau lebih menusuk dari suara

Pedang lebih tajam dari kata

Mulut lebih berbisa dari racun

Hati nurani ditaruh dalam nampan

Derai air mata bermata-mata

Uraian butir berbutir-butir

Penuhi jiwa-jiwa hamba

Gempa dasyat di Yogya yang menimbulkan korban jiwa ribuan orang, yang terluka parah dan ringan lebih banyak lagi, rumah-rumah rata dengan tanah, bangunan-bangunan megah hancur, hujan air mata, tangis, duka dan luka kembali menganga di bumi pertiwi Indonesia. Sebelum gempa dan pasca gempa, kita juga dibuat menangis melihat sesama saudara Muslim yang mengaku pendukung Gus Dur dengan FPI pendukung Habib Rozq saling berhadapan sebagai dua orang musuh besar. Konflik horizontal menanti di depan pelupuk mata.

Maka dari itu, tulisan ini dipersembahkan bagi umat Islam yang mudah terpancing untuk melakukan tindakan anarkis, mudah melakukan kekerasan, mudah melampiasakan amarah pada orang lain, mudah membuat pernyataan tanpa berpikir matang, mudah memprovokasi umat untuk tujuan-tujuan “sempit”, mudah melakukan sesuatu tanpa mampu melihat segala sesuatu dari sudut yang benar, dan melakukan kemudahan-kemudahan lainnya, yang justru menjerumuskan umat Islam dalam keterperukan, konflik sesama sesama muslim, perang saudara, pertikaian, perkelahian, dan berada di tepi jurang kehancuran. Tulisan ini juga dipersembahkan pada umat Islam yang menangis pilu melihat saudara-saudaranya mudah diadu domba, diprovokasi, dan dijebak kekuatan tertentu.

Menjalani hidup di bumi pertiwi Indonesia memang bukan semakin mudah, malah semakin sulit, tak menentu, penuh kebingungan, kerancuan, belum lagi ditambah dengan belum bergeraknya sektor ekonomi umat Islam. Sektor yang sangat penting, berkenaaan dengan sarana untuk menjalani hidup. Masalah di bidang ekonomi berimbas pada masalah-masalah lainnya. Sebab pengaruh paham “kapitalis” telah menguasai berbagai lapisan masyarakat Muslim, mulai kalangan elit, atas, intelektual, cendikiawan, Ulama’, Kiai, Habib, Ustads, sampai umat Islam secara keseluruhan, sehingga “materi dan uang” menjadi panglima, penentu, pengatur, penggerak utama kehidupan mereka.

Jika “materi dan uang” yang berkuasa, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai moralitas, nilai-nilai agama, nilai-nilai Islam, dan ajaran-ajaran Islam, diletakkan di tong sampah. Inilah sebenarnya salah satu pokok permasalahan yang dihadapi umat Islam saat ini.

Tuduhan bahwa gerakan Islam sejuta umat 21 Mei yang pro Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi dibekengi dana dari “luar”, tuduhan bahwa yang kontra Undang-Undang Pornografi dan pornoaksi juga digerakkan kekuatan “luar” dengan dana yang berlimpah, adalah tuduhan-tuduhan yang bermuara padam “uang”. Siapapun yang benar di antara kedua belah pihak adalah orang-orang yang murni memperjuangkan segala sesuatu, dengan tidak menjadikan “uang” sebagai pengendali dari apa yang diperjuangkan. Terlalu naif, jika sebuah perjuangan yang luhur dengan mengatasnamakan Islam, padahal yang diperjuangkan hanya sesuap nasi di dalam perut. Sungguh ironis, memprihatinkan, memilukan, menyakitkan, menyedihkan, dan mengerikan.

Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi dalam konteks menjaga moralitas manusia penting, hanya saja batas-batas toleransi harus diperjelas, mana yang relevan dan tidak dipilah-pilah dengan baik, barulah palu keputusan pengesahannya dibuat. Misalnya, untuk kawasan wisata seperti Bali harus ada toleransi agar dunia pariwasata yang menopang perekonomian Indonesia tidak menjadi hancur.

Sekali lagi pihak yang membuat Undang-Undang, berusaha bersikap jujur, tulus, tanpa kepentingan apapun, dan tidak tergiur uang seberapa besarpun dalam menentukan sebuah keputusan. Bisakah? Jika sudah mempercayai atau meyakini apa yang diputuskan, dan segala sesuatu diatur dengan baik, segera dibuat keputusan yang kongkrit. Jangan sampai umat Islam disibukkan dengan masalah-masalah Undang-Undang tersebut yang sebenarnya bukan masalah utama Islam saat ini.

Umat Islam Indonesia masih dituntut untuk membenahi dunia usaha mereka, menjadikan kewiraswastaan sebagai sarana memperoleh penghasilan yang halal bukan dengan menjual moralitas, Islam, atau keimanan demi uang, mencari celah-celah untuk bisa memperoleh uang yang halal, menciptakan lapangan pekerjaan, berkreasi di berbagai bidang agar tidak menjadi “pelayan, buruh atau karyawan” terus menerus. Itu semua masalah di bidang ekonomi.

Simbol-simbol Islam memang mulai menguat di Indonesia, banyak orang yang berjilbab, memakai jubah sebagai simbol keislaman, majlis taklim, pengajian dan dzikir penuh sesak, masjid-masjid dipenuhi jamaah-jamaah. Namun di saat bersamaan, sebagian umat Islam lebih memilih tindakan anarkis dan kekerasan dalam menyikapi berbagai hal di sekitarnya, inilah yang dimanfaatkan “media-media” untuk menunjukkan pada dunia bahwa Islam identik dengan kekerasan.

Islam punya cara yang efektif dalam mengelola suatu masalah yakni menyampaikan masalah dengan cara-cara yang baik, menanggapi dengan cara-cara yang baik, berdialog dengan cara-cara yang baik, mencari titik temu dari suatu masalah dengan cara-cara yang baik, dan menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang baik pula. Dengan konsep ini, wajah Islam adalah teduh, tenang, penuh ketenraman, menerangi dunia, menyejukkan, dan menimbulkan simpati. Cara-cara kekerasan dalam Islam hanya dilakukan ketika umat Islam dalam pihak yang diserang secara fisik seperti yang terjadi di Irak dan Palestina.

Saya mohon maaf pada kelompok-kelompok Islam Radikal; cara-cara kekerasan yang anda lakukan justru merusak Islam. Saya juga mohon maaf pada kelompok-kelompok Islam Liberal; apa yang Anda sampaikan tentang Islam karena “pesanan” pihak lain juga merusak Islam. Saya mohon maaf pada “Tokoh Kontroversial”; Anda panutan umat, berhat-hatilah dalam menyampaikan sesuatu! Saya mohon maaf untuk “Tokoh Islam Radikal”, cara Anda kurang bijaksana. Saya mohon maaf untuk orang-orang yang memperjuangkan segala sesuatu karena “uang”, sudahlah perut Anda hanya mampu menampung dua piring nasi, tidak lebih.

Marilah kita semua belajar pada Mbah Marijan di Yogya yang secara tulus mengabdikan diri untuk menyelami makna dari tanda-tanda gunung Merapi agar bisa diantipasi masyarakat sekitar. Bahkah ketika Merapi sedang dalam proses memuntahkan lahar atau “wedhus gembel” beliau justru mendekatinya dan menolak bertemu presiden, sebab beliau bersikap tulus untuk membela kepentingan umat manusia. Maaf Mbah Gus Dur dan Mbah Habib Rizq, kami masyarakat Indonesia lebih menghormati Mbah Marijan dari kalian berdua!

Itu semua di bidang masalah sosial, belum lagi di bidang politik, umat Islam hanya menjadi orang pinggiran; untuk memperjuangkan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi saja dibutuhkan energi yang luar biasa besar dan berlebihan. Apalagi jika mereka ingin memperjuangkan umat Islam yang terpuruk dalam; kemiskinan, dipaksa menjadi anak-anak jalanan, hidup terlantas, janda-janda muskin, yatim piatu, pengangguran, berjuang melawan kekuasaan karena hak-haknya dikebiri, memperbaiki sistem pemerintahan yang tidak korup, membangun mentalitas yang Islami, membuat Undang-Undang yang adil bagi umat Islam, dan setumpuk masalah lainnya yang belum ditemukan penyelesaian yang kongkrit.

Belum lagi masalah umat Islam dunia internasional seperti krisis pemerintahan Hamas yang terpilih secara demokratis di Palestina, tapi diboikot Israel, AS dan Eropa karena tidak bisa dijadikan “budak”, penjajahan AS dan Inggris di Irak berikut potensi pertikaian Sunny dan Shi’ah di sana, perang saudara di Sudan yang sengaja “direkayasa” Barat, masalah nuklir untuk listrik di Iran yang bisa menimbulkan krisis global antara AS dan Eropa melawan Iran, Rusia dan China. Padahal semua itu akan berimbas pada krisis ekonomi dunia. Jika sudah demikian umat Islam di berbagai penjuru dunia, khususnya di Indonesia akan semakin terpuruk nasibnya, krisis ekonomi di dalam negeri akan bertambah buruk.

Permasalahan-permasalahan umat Islam masih sangat banyak, kompleks, beraneka ragam, dan datang silih berganti tiada henti, tidak perlu ditambah dengan masalah baru. Maka jalan keluarnya adalah berusaha bersikap bijaksana, tanpa pamrih, tulus, berbicara pada hati nurani, dan arif. Setiap orang pernah berbuat salah, orang yang bijak mau mengakui kesalahan dan berjanji tidak mengulang kesalahan yang sama, sedang yang merasa disakiti, dianiaya, didzolimi, bukalah pintu maaf lebar-lebar. Inilah salah satu makna hakiki dari Ihsan dalam Islam.

Semua yang bertikai duduk bersama difasilitasi kelompok atau orang yang netral, dibuka dialog tertutup dulu antar tokoh teras, elit atau Ulama’, dibuat keputusan yang menyenangkan semua pihak, lalu menjelaskan hasil dari pertemuan pada umat Islam secara keseluruhan.

Konflik horizontal antar sesama Muslim yang kini mulai menghantui umat Islam Indonesia harus diakhiri. Apakah kita tidak belajar dari Tsunami Aceh yang merupakan peringatan keras Allah pada umat Islam? APA GEMPA DASYAT YOGYA TIDAK MENYADARKAN KITA? Apa kita tidak mampu memahami musibah yang datang silih berganti pada umat Islam adalah ujian bagi mereka? Apakah kita memerlukan prahara dan musibah yang lebih besar untuk menyadari sesuatu? Apakah kita mau hidup terpuruk terus menerus? Renungkanlah, hai umat Islam!


[i] Honor tulisan ini dipersembahkan bagi korban musibah gempa di Yogyakarta atau Jawa Tengah lewat Pundi Amal atau Peduli Gempa yang dikelola Media dimuatnya tulisan ini. Inilah yang hanya bisa dilakukan seorang penulis untuk meringankan beban bagi saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah. Boleh tidak mencantum nama saya, jika dengan menulis ini diharapkan untuk menjadi terkenal, saya ingin tulus membantu seperti apa yang saya tulis.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 24, 2008 inci Uncategorized

 

makalah diskusi kuliah


LOGOS VS MITOS

Pertarungan Sepanjang Zaman*

Ahmad Zamhari Hasan

 

Memahami Gerakan Kiri Baru di AS

Ciri-ciri Radikal gerakan kiri baru di AS: Pertama; Ingin mengubah sistem universitas yang dalam pandangan mereka terkait dengan sistem kapitalis modern yang manipulati, mereka melakukan protes pada dosen liberal, koran liberal dan kegiatan lain yang berbau style borjuise. Kedua; pembebasan rakyat kecil yang menjadi korban struktur sosial yang tidak adil, terutama radikal negro. Ketiga; usaha-usaha mengadakan proyek aksi demi gerakan universal bagi kaum miskin tanpa melihat perbedaan ras. Keempat; kontra perang Indocina/vietnam. Kelima; gerakan-gerakan bawah tanah untuk mewujudkan masyarakat alternatif dengan menghapus struktur masyarakat kapitalis yang ada.

Cita-cita mereka terwujud melalui pemenuhan lima kriteria; melakukan aktifitas revolusionir guna bersikap kritis terhadap definisi-definisi dan norma-norma terselubung yang diberikan penguasa dan kelasnya, kedua; menempatkan kelompok revolusionir pada masyarakat yang hendak dilawan, ketiga; berkonfrontasi dengan sistem nilai yang berlaku dengan terus mencari kontradiksi-kontradiksinya dalam praktek, keempat; menawarkan pengalaman hidup alternatif baik secara secara sosial maupun individual, kelima; harus mengkongretkan pandangan-pandangan teoritis dan pengalaman-pengalaman alternatif mereka dalam pranata-pranata baru dan proyek-proyek baru sebagai kontra yang sudah ada.

Sargent mengidentifkasikan gerakan-gerakan kiri baru tahun 70 an dalam tujuh ciri; basis nilai pertama praksis dan aksi, perjuangan aksi lebih didahulukan dari teoritis atau sekedar diskusi dan memperdebatkan teori, mereka anti intelektualisme, anti saintisisme dan anti modernisasi, basis nilai kedua; jati diri sebagai perlawan pada sistem nilai modern yang mengasingkan individu, basis nilai ketiga; mereka ingin membentuk komunitas baru sebagai alternatif dari kecendrungan masyarakat kapitalis yang borjuis, basis nilai keempat; persamaan, suatu nilai yang berhubungan dengan gerakan-gerakan untuk mendapatkan hak-hak sipil yang adil, basis nilai kelima; kebebasan sebagai kontra sistem kapitalis yang mengkerdilkan individu, basis nilai keenam; demokrasi partisipatoris; dalam pengambil keputusan melibatkan kelompok-kelompok kecil yang berkepentingan agar mereka dapat memberikan suaranya, ketujuh revolusi; ada revolusi tanpa kekerasan, tapi ada yang dengan kekerasan.

Kegagalan gerakan kiri baru di AS karena bertabrakannya beberapa nilai yang mereka perjuangkan, seperti persamaan kontradiksi dengan kebebasan, nilai-nilai demokrasi parsipatoris tidak bisa diterapkan dalam kenyataan, dan revolusi dengan menghancurkan sluruh tatanan yang ada adalah mustahil, serta kekerasan yang dilakukan dalam revolusi menyebabkan masyarakat menjadi anti terhadap gerakan mereka.

 

Kritik Habernas Terhadap Postmodern

Kelemahan-kelemahan pemikiran postmodern menurut Habernas; pertama; modernisasi disamakan dengan akumulasi modal, teknologisasi, birokratisasi, sekularisasi dan seterusnya, padahal  semua itu hanya instrumental dari akal sehat Barat.

Kedua; para pemikir postmodern menggunakan pemahaman ahistoris dan netral atas konsep modernitas, mereka menjadi pengamat yang seakan-akan bisa meninggalkan cakrawala sejarah dengan menjadi postmodern.

Ketiga; Neitsche dan para ahli warisnya mengalami kesulitan untuk meninggalkan modernitas dan kesadaran historisnya, kalau tidak masuk dalam mistik atau daya estetis, mereka terperangkap dalam kritik total yang menikam dirinya sendiri.

Dua strategi postmodern sebagai ahli waris Nietsche; Battile dan Foucolt masuk ke dalam strategi pembukaan kedok kehendak untuk berkuasa, sedangkan Heidiger dan Derrida masuk dalam kritik terhadap metafisika. Heidiger menghajar modernitas dengan sejarah Ada, alam pemikiran sebuah masyarakat dan kebudayaan ditentukan oleh sebuah prapaham kolektif mengenai peristiwa dan realitas, semua konsep tentang materi, roh, rasio adalah cara tafsir dari kenyataan yang dibawa rasionalisme Barat, masyarakat Barat melupakan perbedaan antara Ada (Sein) yaitu kenyataan absolut dan adaan (seinde) yaitu kenyataan yang keberadaannya dimungkinkan oleh Ada, akibatnya Ada selalu cendrung diasalkan pada adaan-adaan, dan dalam modernitas yang dipandang sebagai Ada adalah subjektum, pikiran rasional manusia. Lantas Heidiger mengusulkan bahasa puisi dan bahasa psudo sakral yang memperjelas kesulitannya untuk meninggalkan modernitas, sayangnya Heidiger menolak kritik dengan bentuk pemikiran istimewa. Menurut Derrida teks selalu lepas dari penulisnya dan dapat ditafsirkan sampai tak terhingga  oleh pembaca manapun secara lepas konteks, tak ada teks rujukan, yang ada intertekstualitas, jadi teks dianggap hilang yang tersisa hanyalah bekas, pandangan ini menurut Habernas merupakan bahasa lain dari ungkapan Neitsche tak Kebenaran yang ada kebenaran-kebenaran, Derrida berhasil menelanjangi patologi modernitas. Battile dan Foucolt sepert Madzhab Frankrut masuk dalam kritik ideologi. Menurut Battile sejarah masyarakat kapitalis adalah penyeragaman, sejarah rasionalisasi adalah pendisiplinan, artinya unsur heterogen masyarakat dihomogenisasikan, dia mengusulkan untuk membangkitkan kembali kedaulatan manusia dengan menghapus kesadaran moral modern dan manusia menurut unsur-unsur heterogennya yang erotis sekaligus sakral yang melampaui rasio, sayangnya Battile meninggalkan rasio sama sekali. Sedang Foucolt melihat perkembangan ilmu-ilmu sosial modern erat kaitannya dengan pendisiplinan dan penyingkiran ketidakwarasan, praktek eksllusi penyakit mental lalu dianggap sebagai dominasi rasio modern, disini kehendak berkuasa barbaju lain kehendak untuk kebenaran. Menurutnya juga sejarah itu ilusi yang berpangkal pada ego dan subjek. Habernas respek pada Foucult karena keprihatinan sama dengan Teori Ktritisnya; positivisme adalah sebentuk kekuasan.

Pemikiran postmodernisme adalah simtom suatu krisis dalam sebuah paradigma rasio yang berpusat pada subjek, yaitu paradigma yang secara sempit dimutlakkan dalam proyek-proyek modernisasi selama ini.

Kritik terhadap pemikiran Habernas adalah pemikiran-pemikirannya terjebak dalam kecendrungan yang disebut fondasionalisme yakni pandangan bahwa pengetahuan kita memiliki fondasi yang bersifat objektif. Dalam karya Konowlegd and human interest pendirian fondalismenya secara eksplisit lewat penjelasannya bahwa pengetahuan bersifat kuasi-transedental sebagaimana diperlihatkan pada tiga kepentingan kognitif, sedang dalam The Theory of Communication Action, tindakan komunikatif bukan fondasilistis karena pendirian fondasionalitas secara tak langsung rentan untuk menjadi totaliter dan jatuh dalam objektifisme, sementara itu tanpa dasar kebenaran menjadi relatif dan jatuhlah anti-fondalisme dalam relativisme, disinilah kebimbangan Habernas terlihat.

 

Logos VS Mitos

Mitos dan logos adalah upaya manusia untuk mengatasi Khous atau kekacaubalauan, dan karena mansuia tidak tahan dengan hidup di dunia tanpa mendapat jawaban mengapanya kehidupan dan realitas. Mitos saudara tua, sedang logos yang datang kemudian, tampil lebih maju, menawarkan kosmos yang lebih leluasa didiami, mudah diterima dan dimenegerti.

Pertama; pada Yunani kuno tokoh protagonis adalah Parmedian “yang Ada itu ada, yang Tidak Ada tak mungkin ada” perjalanan Orphisme dari gelap ke terang adalah kemenangan protagis atas antagonisnya mazhab Pythagorean.

Kedua; pada masa modern protagonis bermetaformosa menjadi ilmu-ilmu alam (sains), sedang spekulasi metafisika teologis sebagai antagonisnya, buktinya kemajuan teknis pada abad 18. Janji pencerahan oleh Marquis de Condercet; penyebaran kekuatan-kekuatan rasional dalam masyarakat akan membawa sauatu kemajuan yang tidak sekedar berupa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan material, namun terutama terwujudnya tujuan sejarah, yaitu kesempurnaan tak terbatas umat manusia juga bersifat etis, tapi adanya perang dunia, bom atom hirosima dan nagasaki, barbarisme Nazi, perang Teluk dan perang Bosnia, menghancurkan janji pencerahan. Sains memiliki empat asas etis universal; keyakinan adanya kebenaran objektif, keyakinan akan adanya metode-metode untuk mendekati kebenaran tersebut, keyakinan tentang kemungkinan dicapainya konsesus, dan keyakinan bahwa konsesus dicapai tanpa paksaan. Basis epistemologisnya adalah fenomenalisme yakni fondasi terakhir pengetahuan adalah pengalaman inderawi, maka segala sesuatu yang melampaui pengalaman adalah mustahil, berarti mengingkari metavisika, Allah, Hakikat dan Kebaikan.

Ketiga; setelah mengingkari dan menyingkirkan mitos dan profanisasi, sekularisasi, dan rasionalisasi agama, moralitas, metafisika, sains yang awalnya menjadi pembebas justru berubah perwatakannya seteleh serentetan kejadian yang menghancurkan alam dan manusia, sang logos yang dipuja, dibela dan diamini secara sukarela berubah menjadi mitos baru.

Keempat; para pemikir modernis berhasil menghancurkan mitos sampai ke akar-akarnya, dalam menghancurkan mitos mereka lakukan bersamaan dengan sama sekali meninggalkan modernitas, sayangnya logos baru ciptaan mereka menjadi kabur, dan pandangan-pandangan mereka sebagian menikam diri sendiri.

Kelima; Habernas berusaha membangkitkan logos dengan tetap berpijak pada pencerahan Barat yang dirintis oleh Hegel, dia berhasil menunjukkan bahwa logos yang berubah menjadi mitos yaitu karena mitos dipahami sebagai rasio instrumental yaitu kemampuan akal budi mengontrol proses-proses objektif melalui kerja, padahal logus juga bahasa dan komunikasi, maka juga merupakan rasio komunikatif yakni kemampuan akal budi untuk memahami maksud-maksud orang lain melalui hubungan timbal balik. Ilmu-ilmu sosial positifistis bermanfaat meneliti proses-proses sistemek kuasi objektif seperti sistem ekonomi dan birokrasi yang bekerja menurut rasio instrumental, sedang pendekatan untuk dunia sosio kultural menggunakan teori tindakan komunikatif yang digagas Habernas. Dia mengungkapkan patologi modernitas, berusaha memperbaikinya dengan tetap berpijak pada modernitas.

Apa yang bisa kita petik dari arena perdebatan antara Logos dan Mitos ini? Pertama; rasio manusia tidak bisa memahami segala sesuatu secara sempurna, kita ambil contoh Habernas yang secara brilian melakukan kritik terhadap postmodern dan menawakan wacana baru untuk memperbaiki modernisme, tapi ternyata pemikirannya yang dianggap sempurna masih dalam kebimbangan ketika dirinya dalam satu aspek terjebak dalam fondalistastis dan menolaknya, kedua; seberapa banyak kelemahan postmodern, kritiknya pada modernisme hakikatnya dibenarkan Habernas meski sebagian, ini menunjukkan bahwa modernisme yang juga dipaksakan pada negara berkembang seperti Indonesia harus dilihat secara kritis, tidak bisa diterima apa adanya, sebab kita akan mengalami keambrukan seperti yang terjadi di Barat sebagai Suhu modernisme, Ketiga; kita jangan terlalu fanatik pada sains atau teknologi atau penemuan ilmiah, sebab keberannya bersifat relatif tergantung ruang dan waktu, sikap fanatik inilah yang merubah logos menjadi mitos, keempat; konsep liberalisme yang diagungkan Barat dan dibawa ke Indonesia oleh kelompok Islam Liberal, ternyata di negara asalnya AS pernah berusaha dihancurkan oleh gerakan Kiri Baru meski gagal, kegagalan mereka bukan menunjukkan kebenaran liberalisme, melainkan banyak orang AS yang muak pada konsep liberalisme karena terbukti membimbing manusia menjauh dari agama dalam segala aspek kehidupan sehingga jumlah umat Islam di sana meningkat tajam, liberalisme ekonomi terbukti menyengsarakan negera berkembang dan miskin secara makro, secara mikro membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin termarginalisasikan, liberalisme budaya terbukti membuat masyarakat terjebak dalam seks bebas, berjiwa konsumtif, menjadikan hiasan seperti pakaian sebagai tujuan, dan melahirkan budaya pop, bagaimana mungkin kita mengikuti sesuatu yang terbukti keliru, menyesatkan dan membutakan diri kita?


* Kesimpulan dari buku MELAMPAUI POSITIVISME dan MODERNITAS, Diskusus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas karya F. Budi Hardiman, penerbit Kanisius 2003

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 11, 2008 inci Uncategorized

 

formulir kuliah alternatif


Formulir Kuliah Alternatif

  1. Nama                       : ……………………………………………………..
  2. Tempat Tgl. Lahir : ……………………………………………………..
  3. Alamat                    : ……………………………………………………..

                                         ……………………………………………………..

  1. Program yang hendak diikuti: a. sesekali b. 3 bulan    c. 1 tahun
  2. Bersedia mengikuti Kuliah setiap Jum’at pukul 15.00-18.00 WIB
  3. Apa yang paling tidak disenangi ketika belajar :  ……………………..

       ………………………………………………………………………………

  1. Tujuan Pribadi apa yang hendak dicapai:

      a. ……………………………………………………………………………

      b. ……………………………………………………………………………

      c. ……………………………………………………………………………

  1. Pelajaran apa yang paling disenangi sebelumnya

      a. ……………………………………………………………………………

      b. ……………………………………………………………………………

      c. ……………………………………………………………………………

  1. Memberi informasi jika berhalangan hadir via SMS atau komentar di blog

(No Hp………………….. email ………………………………………….. )

  1. Menjalankan komitmen/janji yang dibuat sebaik-baiknya
  2. Apa saran Anda untuk Kuliah Alternatif

      a. ……………………………………………………………………………

      b. ……………………………………………………………………………

      c. ……………………………………………………………………………

………………….., ….-….-……..

Otodidaktor,

 

( …………………………… )

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 11, 2008 inci Uncategorized

 

Cara Mudah Menjadi Genius


Artikel Pendidikan

Cara Mudah Menjadi Genius

Zamhari Hasan*

Disebut anak yang cerdas, pintar dan hebat tentu menjadi impian siapa saja. Untuk menjadi anak yang cerdas, sebenarnya mudah secara teori, tapi terkadang sulit dalam praktik. Tulisan ini mencoba menguraikan beberapa langkah mudah untuk menjadi cerdas.

Untuk menjadi cerdas, setiap anak berupaya memahami dan mempraktikkan Gaya Belajar yang sesuai dengan kerpribadian, tingkah laku, dan minat masing-masing. Seperti yang diteliti pakar pendidikan di Barat, Gaya Belajar setiap orang paling tidak terbagi dalam tiga kelompok yakni Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK).

Anak yang memiliki Gaya Belajar Visual biasanya senang memperhatikan guru ketika mengajar dan tidak merasa bosan belajar di kelas atau ruangan. Matanya terus tertuju ke guru kemana pun melangkah. Artinya, pelajar Visual mampu memanfaatkan indera mata dengan baik untuk memahami pelajaran. Saat ini sebenarnya merupakan momentum yang tepat bagi pelajar Visual untuk berprestasi, khususnya di sekolah-sekolah yang memanfaatkan multimedia.

Dalam setiap pelajaran yang diikuti di sekolah, pelajar Visual harus berupaya membuat kesimpulan dengan membuat gambaran umum, menyusun urutan yang tepat dari setiap kesimpulan dan menjelaskan dengan bahasa sendiri.

Supaya kesimpulan yang ditulis menjadi mudah, maka diperlukan kata kunci dari beberapa kesimpulan yang dibuat. Contoh; Gaya Belajar setiap anak dikelompokkan dalam VAK yakni Visual (melihat), Auditori (mendengar) dan Kinestetik (bergerak), lalu dijelaskan maksudnya dengan bahasa sendiri, jadi VAK merupakan kata kunci untuk memahami Gaya Belajar.

Waktu kosong merupakan harta yang tak ternilai, sebab “Time is Money” waktu adalah uang. Untuk itu, pelajar Visual perlu memanfaatkan waktu kosong dengan merenungkan sesuatu, membaca, menulis, dan melukis.

Biar tidak lupa, seorang pelajar Visual mengingat Kata Kuncinya; Melihat dengan seksama, Membaca buku yang bermanfaat dan Berbicara dengan bahasa sendiri (M2B).

Anak yang memiliki Gaya Belajar Auditori, biasa senang mendengarkan pelajaran meski mata tidak focus pada gurunya, senang belajar pada pelajaran yang disenangi saja, sedang yang tidak disenangi akan diikuti dengan keterpaksaan.

Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam belajar, pelajar Auditori perlu merekam kesimpulan setiap pelajaran di tape atau Hp, lalu mendengarkan hasil rekaman saat belajar sendiri. Sebab indera pendengarannya sangat tajam dan luar biasa, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Ketika menghadapi pelajaran yang tidak diketahui dan tidak disenangi, rangsang diri untuk banyak bertanya, sebab dengan bertanya, maka dapat mengembangkan kecerdasan yang dimiliki sekaligus menumbuhkan semangat belajar pada pelajaran yang kurang disukai. Mulai saat ini, hentikan membenci pelajaran di sekolah, malah berupaya menyenangi semua pelajaran, sebab dengan menyukai semuanya, maka timbul semangat untuk belajar.

Berbeda dengan pelajar Visual yang perlu berlatih berbicara di depan umum, sedang pelajar Auditori cukup berlatih berbicara pada diri sendiri, khususnya tentang pelajaran yang dipelajari sekolah. Di samping itu, perlu terlibat Eskul drama yang ada di sekolah.

Ketika SMU/SMK/MA pelajar Visual perlu memperdalam suatu bidang ilmu sesuai minat dan kesenangannya, ketika sampai pada titik ini, maka semangat belajar membara dan motivasi meningkat. Sehingga, saat mengambil keputusan untuk kuliah, sudah mengetahui secara pasti bidang apa yang hendak diperdalam pada masa mendatang.

Dalam mengisi waktu kosong, dilakukan dengan berdongeng/bercerita pada orang lain, bermain musik, bernyanyi, berdebat dan berfilosofi (mengungkapkan kalimat-kalimat penuh makna).

Kata Kunci bagi pelajar Visual yakni Menderngarkan pelajaran sebaik-baiknya, Merekam kesimpulan dan Bertanya jika tidak paham atau tidak tahu (M2B).

Terkadang di sekolah, terdapat anak-anak yang tidak bisa diam, tidak betah duduk lama di kelas, dan seringkali saat guru mengajar, dia asyik berbicara dengan teman, bergurau atau menggambar. Inilah ciri utama Pelajar Kinestetik yakni selalu ingin bergerak dan senang belajar di luar ruangan.

Supaya belajar lebih mudah, maka dalam belajar dilakukan dengan tindakan fisik dan mengetahui secara langsung lewat pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan belajar teori Gravitasi Newton, maka jatuhkan benda dari atas ke bawah, baru ingat selamanya teori Newton tersebut.

Ketika guru mengajar di sekolah, Pelajar Kinestetik perlu menggerak-gerakkan kaki atau tangan asal tidak menyinggung perasaannya. Artinya dilakukan secara hati-hati dengan cara yang sederhana, seperti mempermainkan fulpen di tangan sambil mendengarkan pelajaran. Sebaiknya tugas-tugas fisik ditangani Pelajar Kinestetik karena itu salah satu kesenangannya.

Ketika belajar sendiri di rumah, pelajar Kinestetik melatih diri untuk fokus atau konsentrasi pada buku yang dipelajari. Fokus pada buku yang dipelajari selama 10 menit, lalu jalan-jalan sambil mencerna yang dibaca, bisa juga sambil minum kopi atau teh, begitu terus sampai waktu belajar selesai. Dengan cara ini, belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

Waktu kosong diisi dengan; membuat kerajinan tangan, merawat tanaman di halaman rumah, membantu orang tua dan olah raga setiap hari minimal 30 menit.

Kata kunci Belajar sambil menggerak-gerakkan kaki atau tangan, Mempraktikikkan apa yang dipelajari dalam kenyataan dan Melatih kreativitas fisik (BM2).

Setiap pelajar sudah mengetahui Gaya Belajar masing-masing, maka sekarang praktikkan gaya tersebut dalam belajar di sekolah dan rumah. Setelah belajar sesuai dengan gaya masing-masing dan dibuktikan kebenarannya, langkah selanjutnya melatih Gaya Belajar yang lain agar bisa dikuasai semuanya. Misalkan, bagi Pelajar Visual, perlu melatih Gaya Belajar Auditori dan Kinestetik. Demikian juga Gaya Belajar lainnya. Inilah cara yang paling efektif untuk menjadi anak yang genius. Selamat mencoba!

Pemahaman tentang Gaya Belajar ini juga penting bagi orang tua dan guru agar mampu bersikap benar dan tepat, memberikan bimbingan yang sesuai keadaan, mengembangkan kecerdasan pelajar, dan memahami prilaku pelajar yang bermacam-macam.

*Penulis buku “Mau Kuliah Alternatif, Belajar Otodidak Dong” 2007 yang beredar di Gramedia seluruh Indonesia, dan novel Bidadari Posmodern. Kini sedang merintis Pelatihan LFV (Learning For Living) untuk siswa/wi SMP/MTs/SMU/SMK/MA dan guru-guru PAUD/KB dan TK. Alamat; Jl. Stasiun Depok Lama No. 08 (Depan Gereja Pasundan) Pancoran Mas Depok.

ALAMAT

Koran Jakarta

Jl. Wahid Hasyim No.125 Jakarta Pusat 10240

Fax: 021 3155106

Email: redaksi@koran-jakarta.com

Sip. Zamhari Hasan

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

DIRI LEBIH LUAS DARI BUMI


DIRI LEBIH LUAS DARI BUMI

Dunia menyempit diri meluas

Bundar mengelingi jagad raya

Mata semata tak mampu memandang

Zaman berubah cepat

Benda bumi semakin mengecil

Komputer bisa menjangkau segala tempat

Mata bisa menatap segala arah

Peristiwa dalam hitungan detik tersaji

Berita dalam sekejap mata lahir

Keaadaan di tempat jauh menampakkan diri

Informasi berkelebat tak terhentikan

Manusia merasa bisa melakukan segala hal

Kuasa Tuhan ada di genggaman tangan

Sanggup menciptakan sesama

Kloning menunjukkan kemajuan

Manusia tercipta di tangan manusia

Kepala membesar

Pikiran membara

Otak mengembara

Hati di ruang sunyi

Peraaan tak peduli

Dunia menyempit, manusia terlena

Dalam buaian pikiran yang merana

Badai di Jepang, Amerika dan Hongkong

Banjir di Cina, Bangladesh dan Indonesia

Gempa bumi India, Turki dan Iran

Kelaparan di Afrika, Amerika Latin dan Asia

Perang di Sudan, Irak, dan Afganistan

Manakah kuasa manusia terhadap alam

Alam ciptaan Tuhan

Manusia ciptaan manusia

Bagaimana mungkin manusia menciptakan manusia

Sedang alam tak bisa dikendalikan

Manusia tertunduk lesu

Menatap relung-relung diri yang dibiarkan menyempit

Pikiran menerawang segala sesuatu

Membaca drama-drama kehidupan

Memahami keterbatasan

Perasaan menyelami berbagai tanda-tanda

Menyentuh lewat balutan damai dalam rasa

Memeluk dunia dalam dekapan

Imajinasi terbang tinggi ke langit

Menjangkau yang tak terjangkau

Melahirkan citra-citra tentang segala

Meneropong bagian-bagian tersembunyi

Hati merintih pilu

Memandang kejadian demi kejadian

Menangis sedih tak terperkirakan

Meraba-raba sesal tiada terkira

Manusia menatap diri dari segala sudut

Membaca bintik-bintik hitam

Menerawang sampah-sampah kehidupan

Menghirup udara penuh polusi

Melewati hari demi hari

Dalam diri banyak sudut-sudut ruang

Selama ini dibiarkan terbengkalai

Gudang-gudang penuh misteri

Rumah-rumah tak terawat diselumuti sawang-sawang

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

makalah romadhon


Optimalisasi Potensi Diri

Upaya Mewujudkan Impian Menjadi Kenyataan

Zamhari Hasan[i]

Setiap manusia memiliki impian; ingin menjadi anak pintar, orang yang berguna, orang kaya, orang terhormat, ingin menjadi; pegawai, dokter, presiden, penulis terkenal, tokoh masyarakat dan lain-lain. Nah bagaimana cara mencapai impian kita? Menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini.

Para santri atau pelajar sebagai generasi penerus masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk mempelopori upaya-upaya yang dilakukan guna mencapai impian mereka, bukan malah menjadi sumber masalah baru. Sebab para santri atau pelajar yang berjiwa muda memiliki tenaga yang enerjik, keberanian, kemauan yang kuat, tekad, semangat, dan kekuatan yang membara untuk melakukan sesuatu yang spektakuler. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mencapai impian yakni meliputi lima potensi dasar yang dimiliki manusia; pikiran, imajinasi, perasaan, fisik, dan hati. Kelima potensi ini dioptimalisasikan sedemikian rupa, sehingga impian yang selama ini mengawang-awang di angkasa, bisa didaratkan di bumi.

Optimalisasi Pikiran

Manusia dilahirkan dengan anugerah pikiran yang luar biasa. Sampai luar biasanya anugerah yang berupa pikiran ini sampai Descrates berkata “Aku berpikir, maka aku ada”. Jadi identitas manusia terletak pada pikirannya. Hal inilah yang melahirkan gerakan rasionalisme di Barat, dan menyebar ke berbagai belahan dunia lainnya. Lantas kita memiliki persepsi yang sama bahwa sesuatu yang bertentangan dengan pikiran adalah irrasional (tidak masuk akal) yang tidak perlu diperhatikan. Sayangnya kenyataan hidup sehari-hari menawarkan banyak irrasionalitas sehingga perlahan-lahan upaya manusia untuk mendewakan pikirannya semata mulai tergeser. Ini bukan berarti pikiran tidak lagi penting bagi manusia, pikiran tetap penting, tapi bukan segala-galanya. Artinya pikiran harus difungsikan sebagaimana mestinya, tanpa menafikan faktor lain dalam diri yang bisa membimbing pada kesuksesan.

Pikiran perlu diasah terus menerus dengan berbagai cara; memikirkan kenyataan hidup, menganalisa persoalan, membaca buku, membaca fenomena alam, membaca informasi lewat berbagai sumber termasuk internet. Sebab seperti yang dikatakan Plutarch “Pikiran bukan sebuah wadah untuk diisi, melainkan api yang harus dinyalakan.” Pikiran yang dimiliki manusia perlu dinyalakan dengan beberapa cara tadi, sebab ibarat api yang tidak akan menyala kalau tidak dinyalakan. Pada zaman purba untuk membuat api lewat benturan batu atau gesekan kayu, dalam zaman postmodern, bisa memanfaatkan kemajuan yang ditawarkan teknologi.

Optimalisasi pikiran adalah upaya seseorang untuk mengoptimalkan pikiran yang dimiliki sampai batas maksimal, sehingga ide-ide brilian lahir setiap saat. Ide-ide yang ada akan menjadi acuan dasar menyusun langkah guna menyikapi kenyataan hidup.

Optimalisasi Imajinasi

Menurut Paul Edwards imajinasi adalah “daya untuk membentuk gambaran (imaji) atau konsep-konsep mental yang tidak didapatkan secara langsung dari sensasi (pengindraan)1”. Dari definisi imajinasi ini jelas bahwa imajinasi adalah daya yang dimiliki setiap manusia dalam upaya menciptakan berbagai macam imaji atau gambaran tertentu yang diinginkan atau menciptakan konsep-konsep mental yang memungkinkan. Perbedaan antara fantasi dan imajinasi terletak pada kemungkinan dari imaji atau konsep mental, dalam fantasi gambaran tentang sesuatu yang tak mungkin, sedang imajinasi berkaitan dengan sesuatu yang mungkin.

Setiap saat kita dihantam berbagai macam citra yang mucul lewat iklan, informasi, film, tragedi, kenyataan hidup, dan fenomena kehidupan. Citra-citra yang ada secara tidak sadar tersimpan dalam memori kita, dan secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan citra-citra baru dalam diri kita. Biasanya citra-citra ini lantas diasah oleh pikiran untuk selanjutnya mampu melahirkan ide-ide yang cemerlang.

Biasanya dalam suasana kesendirian, sunyi, termenung, dan terdiam sesaat, secara acak timbul citra tentang sesuatu, berbenturan dengan citra lain, dan begitulah terus menerus, sampai kita mampu mengolah citra ini menjadi “sesuatu” yang berarti bagi kehidupan. Kemampuan mengolah imajinasi merupakan langkah penting untuk mengoptimalisasikan imajinasi. Kalau kita saksikan film-film terbaru Hollywood yang meraih Box Office adalah film-film yang menunjukkan kekuatan imajinasi manusia, misalnya dalam film Charles Anggel terbaru, Bad Boys II, The Hulk, dan The Medallion. Film-film ini tidak akan menghasilkan adegan-adegan yang spektakuler tanpa bantuan imajinasi.

Peran imajinasi penting tidak hanya untuk industri film, iklan, penulis, tapi untuk bisnisman, insinyur, pengacara, dokter, penyiar, designer, pialang, penulis, pedagang, petani, murid dan profesi apapun. Dengan imajinasi yang kuat akan membawa warna baru pada profesi yang sedang digeluti.

Optimalisasi Perasaan

Perasaan merupakan potensi manusia yang sering terlupakan, padahal dalam beberapa hal faktor perasaan manusia menentukan keputusan yang hendak diambil, mengambil peran pikiran dalam diri manusia, dan menjadi salah satu sarana penopang kesuksesan. Dalam ilmu psikologi sekarang banyak ditemukan bahwa perasaan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan kita. Hanya masalahnya bagaimana kita mampu menjadikan perasaan sebagai sarana mewujudkan impian?

Perasaan manusia yang meliputi sedih, gembira, marah, takut, berani, tekad, kecewa, putus asa dan nafsu. Semua jenis perasaan ini dioptimalisasikan dalam pengertian mampu dikendalikan, diarahkan, dan disalurkan pada jalur yang tepat. Misalnya tidak terlalu sedih menghadapi kegagalan, tidak terlalu gembira menghadapi kesuksesan, menyalurkan kekecewaan pada hal yang positif, pantang menyerah tanpa mengenal kata putus asa, takut hanya pada Tuhan, berani menempuh resiko apapun, bertekad melakukan yang terbaik dalam hidup, dan menyalurkan nafsu pada jalur yang tepat bukan sembarangan. Inilah salah satu contoh optimalisasi perasaan.

Optimalisasi Hati

Menghadapi kenyataan hidup yang tak menentu, situasi yang buruk, dan krisis, kita dituntut untuk berbesar hati menghadapinya. Berbesar hati tidak dalam pengertian pasrah, tapi bersikap tenang, bijaksana, sabar, dan memperkuat signal dengan Tuhan. Kita harus bijaksana melihat krisis, tenang menghadapi masalah, sabar pada musibah, dan tidak kalah pentingnya memperkuat hubungan dengan Allah.

Memperkuat hubungan dengan Allah lewat; shalat lima waktu secara khusuk sehingga kita merasa sedang berbicara denganNYA, memperkuat dengan Dhuha dan Tahajjud, berdzikir guna menyucikan hati yang setiap hari dikotori debu-debu kehidupan, memasrahkan hasil usaha pada Allah setelah melakukan kerja keras secara gigih:

Artinya; jika kamu memiliki keinginan yang kuat, maka bertawakkallah pada Allah.

Biasanya dalam posisi terjepit kita ingat Tuhan, maka seruan “Oh my God, thank’s God, Help me God!” adalah bentuk ekspresi manusia yang pada saat terjepit membutuhkan Tuhan dalam dirinya. Hanya jeleknya manusia butuh pada saat terjepit, sehingga signal hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tidak begitu dekat. Seharusnya signal ini tetap dipelihara setiap hari, sehingga ketika terjepit Tuhan benar-benar membantu kita. Hubungan manusia dengan Tuhan berlangsung dalam wilayah hati. Maka menjaga hati sama artinya dengan menjaga hubungan manusia dengan Tuhan.

Hati yang bersih akan mendekatkan diri pada Tuhan, dan membuat kita mampu menyikapi segala sesuatu sebagaimana mestinya. Jadi optimalisasi hati diwujudkan pada berbagai upaya kita untuk melakukan hal-hal yang baik pada sesama dan pada Tuhan, seperti; jujur, adil, rendah hati, toleran, dan ibadah.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita berbenturan dengan keberuntungan, ketidakberuntungan, kebetulan dan sesuatu yang di luar dugaan. Beberapa kenyataan sosial inilah yang membimbing manusia menyadari keterbatasannnya, kesadaran yang membimbing pada kekuatan besar yang berada di luar diri yakni Tuhan.

Optimalisasi Fisik

Fisik manusia merupakan organ yang menampung semua potensi manusia; pikiran, imajinasi, perasaan, dan hati. Menjaga agar fisik selalu terjaga dengan baik adalah suatu keharusan, agar optimalisasi ini membawa hasil yang maksimal. Sebagai ilustrasi, dalam sistem belajar cepat ditemukan kenyataan bahwa banyak pelajar yang mampu belajar dengan cepat setelah guru mampu mensinergikan antara gerakan fisik dengan belajar. Ini menunjukkan bahwa antara pikiran dan fisik berjalan seiring sesama.

Optimalisasi fisik mengandung pengertian, kita harus mampu memberikan yang terbaik pada fisik agar berfungsi dengan benar. Perwujudannya adalah dengan makan yang teratur, bergizi baik, mengatur istirahat, dan rutin olahraga.

Berbekal fisik yang sehat, kerja keras bisa dilakukan. Kata paling penting dalam suasana krisis adalah kerja keras. Putaran waktu digunakan untuk bekerja keras mencapai yang diinginkan. Tanpa kerja keras mustahil mencapai apa yang diimpikan. Kerja keras bisa dilakukan dalam kondisi fisik yang prima.

Penutup

Kita perlu melakukan optimalisasi pikiran, imajinasi, perasaan, hati, dan fisik dalam berupaya mencapai apa yang kita impikan. Artinya seluruh potensi dasar manusia dikembangkan, difungsikan dan dimaksimalkan sedemikian rupa, sampai impian tidak lagi menjadi impian, tapi menjadi kenyataan yang benar-benar ada.

Dalam situasi krisis yang terjadi seperti yang terjadi di negara kita, diperlukan langkah-langkah brilian yang dimulai dari diri kita para santri dan pelajar sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk. Langkah-langkah yang diambil dilakukan secara intergral, mulai dari rakyat kecil, para santri dan pelajar, generasi muda, kelas menengah, pemerintah, sampai seluruh lapisan masyarakat.

Jadi upaya optimalisasi ini harus dilakukan secara bersama oleh seluruh santri dan pelajar, didukung pesantren atau sekolah dengan mengambil kebijakan yang memegang prinsip “memberi kail bukan ikan,” biar mereka yang merubah kail menjadi ikan. Upaya merubah kail menjadi ikan memerlukan optimalisasi pikiran, imajinasi, perasaan, hati, dan fisik.


1 H. Tedjoworo, Imaji dan Imajinasi Suatu Telaah Filsafat Postmodern, Kanisius 2001


[i] Penulis buku : CARA SUKSES BERDAGANG SECARA ISLAMI, Dari Pedagang Kecil Menjadi Pengusaha Elit dan Novel : Bidadari Postmodern yang segera diterbitkan penerbit Saka.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

Barat Stres dan Paranoid


Kolom:

BARAT STRES DAN PARANOID

Zamhari Hasan*

“Semua yang berasal dari Barat Benar dan dari Timur pasti salah,” seru Gembrot.

“Jangan begitu dong, Barat tak lebih dari sebuah arah, sebab masih ada Selatan, Utara dan Timur,” Ceking menimpali.

“Ha ha ha! Buktinya apa-apa yang dari Barat diterima dengan lapang dada, perasaan gembira, penuh gengsi, dan semangat berapi-api. Na na na!” Gembrot menari-nari gembira.

“Jangan ngomong api, jika tidak ingin terbakar!” Bentak Ceking

“Api bukan membakar, malah menyejukkan.” Gemrot menhentikan tariannya.

:”Tidak, untuk membakar.”

“Untuk menyejukkan kataku!”

Gemrot dan Ceking bertengkar hebat terhadap masalah yang bukan masalah, untung petugas rumah sakit jiwa datang melerai, sehingga mereka bisa dilerai. Semoga saja masalah yang dibawa kelompok yang mengatasnamakan Islam Liberal, bukan masalah yang dibawa dari rumah sakit jiwa. Nah! Lho! Hah?

**********************

Para Orientalis telah berabad-abad silam menanamkan pemahaman di kalangan basyarakat Barat bahwa Islam identik dengan perang, darah dan pembantaian. Penyebaran Islam yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia dianggap sebagai hasil dari perang. Bahkan digambarkan seakan-akan Islam tidak akan menyebar pesat tanpa perang. Bahkan tidak kurang dari Max Weber seorang ilmuan terkemuka Barat turut menggambarkan Islam identik dengan perang, padahal Max Weber adalah produk ilmu pengetahuan Barat dengan metodologi ilmiahnya yang bebas nilai, netral dan membiarkan fakta berbicara apa adanya, tapi mengapa kesimpulannya tidak jauh berbeda dengan pemahaman orang awam Barat yang mengidentikkan Islam dengan perang? Ini dikarenakan upaya orientalis untuk memberikan pemahaman terhadap Islam telah tertanam dalam dalam jiwa, sendi-sendi kehidupan, dan berpengaruh terhadap pemikiran dan sikap hidup masyarakat Barat, mulai kalangan masyarakat awam sampai masyarakat intelektual, mulai kalangan masyarakat bawah sampai masyarakat kelas menengah dan atas. Ini diperkuat dengan jasa media Barat mulai media elektronik seperti CNN, BBC, Voice of Amerika, media masssa seperti Times, New York Times, Washington Post, media film, sinetron, talk show, dan berbagai media berteknologi canggih lainnya dimanfaatkan untuk memperkuat pemahaman bahwa Islam identik dengan kekerasan, perang dan terorisme.

Pemahaman yang mendarah daging ini melahirkan ketakutan dan kecemasan di kalangan masyarakat Barat terhadap Islam. Pada waktu seseorang mengalami ketakutan dan kecemasan yang berlebihan, maka yang terjadi adalah sikap-sikap irrasional masyarakat Barat terhadap Islam. Bukti dari sikap irrasional ini adalah perang yang dilakukan Inggris dan AS terhadap Irak, padahal jelas-jelas senjata biologis yang ditakutkan telah diproduksi Irak sebagai dasar untuk menyerangnya, ternyata tidak terbukti. Bukti kedua setiap terjadi pemboman di bumi AS dan Eropah tertuduh pertamanya adalah umat Islam, padahal dalam penyelidikan terbukti hanya sedikit kejadian yang dilakukan umat Islam, sedang pelakukanya adalah masyarakat Barat sendiri yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintahnya. Dalam pemboban yang paling dasyat di muka bumi yakni pemboman WTC, sampai sekarang tidak ada bukti kongrit bahwa pelakukan adalah Osamah bin Laden (tokoh jahat yang diciptakan Barat sebagai alat untuk dijadikan kambing hitam), bahkan banyak muncul kemudian buku-buku yang ditulis penulis Barat sendiri yang menganalisis bahwa hal itu adalah kerjaan orang profesional dari Israel, karena waktu kejadian sebagian besar orang Yahudi yang bekerja di dalamnya tidak masuk kantor sehingga selamat dari kematian. Tidak masuk akal para teroris anak buah bin Laden mampu melakukan penyerangan terencana yang rapi dengan target-target yang merupakan simbol kejayaan AS seperti Pentagon, WTC dan istana kepresidenan, tanpa terendus oleh FBI dan CIA, dua lembaga intelegen yang paling canggih dan hebat di seluruh dunia. Padahal seperti yang diketahui orang banyak, meski takut mengatakannya, penguasa di balik layar di AS yang mengatur segalanya adalah orang-orang Yahudi. Semua orang paham bahwa Yahudi dalam sejarahnya senantiasa memusuhi Islam. Jika dulu Nazi membunuh orang-orang Yahudi dengan kejam, kini balik orang-orang Yahudi yang membunuhi orang-orang tak berdosa di Palestina yang menjadi simbol Islam, mengapa mereka tidak melakukan terhadap orang-orang Jerman yang merupakan pusat Nazi?

Masih segar dalam ingatan, bagaimana seorang intelektual Barat yakni Huntington yang membuat tesis bahwa yang terjadi pada masa mendatang adalah perang peradaban antara Barat dengan Islam setelah komunisme bukan merupakan ancaman berarti bagi Barat. Tesis ini sebenarnya merupakan metaformosis baru dari ketakutan Barat terhadap Islam, sebuah peradaban yang pernah jaya di dunia sebagaimana Barat kini juga jaya bahkan dianggap sebagai kekuatan tunggal di dunia. Dengan tesis ini lantas Barat melancarkan serangan-serangan baru, baik secara halus maupun perang terbuka. Bentuk serangan secara halus adalah Barat dikomondoi AS berusaha menanamkan nilai-nilai modernisme, pengetahuan ilmiah, ilmu pengetahuan, kapitalisme dan globalisasi dalam seluruh sendi di semua negara Islam; baik negara Islam Timur Tengah atau negara-negara yang mayoritasnya berpenduduk Islam seperti Indonesia dan Malaysia, cara penyebarannya melalui bantuan ekonomi, pendidikan bagi intelektual-intelektual jenius di kalangan umat Islam di negara-negara Barat, melalui hutang pada negara-negara Islam, dan berbagai cara halus lainya. Ajaibnya intelektual-intelektual jenius Muslim berlomba-lomba untuk belajar di Barat, ketika mereka belajar ilmu pengetahuan dan teknologi tak masalah, yang jadi masalah adalah mereka belajar Islam di Barat yang mana pemahaman-pemahaman mereka terhadap Islam sudah keliru. Sehingga ketika kembali ke negara asalnya, mereka berusaha menyebarkan nilai-nilai Barat dalam Islam, salah satu wadahnya adalah kelompok Islam Liberal yang hampir ada di semua negara Islam dengan memakai nama yang berbeda-beda. Sedang perang terang-terangan seperti perang Tuluk dan perang terhadap Irak, serta kemungkinan menyerang Iran di masa mendatang. Lucunya lagi, sebelum dan sesudah menyerang Irak rakyat AS di segala penjuru negara bagian berbondong-bondong melakukan demo terhadap George Bush agar menghentikan perang, namun dalam pemilu di AS setelah perang Irak dimenangkan AS, George Bush kembali terpilih menjadi presiden, wajar jika VH1 salah satu televisi musik di AS mengganggap terpilihnya Bush adalah kebodohan terbesar pada tahun 2005.

Kembali pada masalah penghinaan terhadap Nabi Muhammad, pernyataan Tayyid Edrogan perdana menteri Turki cukup menarik tentang kartun penghinaan pada Nabi Muhammad “Sebuah provokasi terbuka, sebuah jebakan (yang bertujuan) menunjukkan pada dunia gambaran kekerasan dari dunia Muslim,” (Jawa Pos 08/02/2006). Artinya jika umat Islam terpancing untuk melakukan kekerasan dalam melakukan aksi protes terhadap kedubes Denmark di seluruh dunia, umat Islam Suriah dan Libanon telah melakukan pengrusakan terhadap keduataan besar Denmark di kedua negara tersebut, sedang di Indonesia protes FPI juga berlangsung keras walau tidak sampai membakar dan menghancurkan sehingga kedutaan besar Denmark terpaksa ditarik, berarti hakikatnya umat Islam masuk dalam jebakan yang dibuat Barat, sehingga pencitraan Islam dengan kekerasan seakan-akan dibenarkan aksi-aksi anarkis ini. Ini bisa kontra produktif terhadap kebangkitan Islam di Eropa dan AS, dan menjadi serangan balik yang bisa menodai umat Islam di mata Barat.

Bahkan menurut perdana menteri Denmark Fogh Ragmussen, protes terhadap karikatur Nabi Muhammad telah menjadi krisis global “Saat ini kita menghadapi krisis global. Hal tersebut telah menjadi masalah politik internasional. Saya himbau masyarakat untuk tenang,” ungkatnya. Ini juga disebabkan karena hampir seluruh negara Eropa memuat karikatur Nabi, sehingga timbul stigma seakan-akan Eropa sengaja memprovokasi umat Islam di seluruh dunia, sehingga yang semula menjadi krisis dalam negeri Denmark menjadi krisis global. Menurut saya krisis global sengaja diciptakan untuk memperkuat klaim Huntington bahwa musuh peradaban Barat adalah Islam. Kita umat Islam di dunia tidak boleh terjebak dalam permainan dari karikatur Nabi Muhammad, yang sekedar dijadikan pancingan oleh Barat untuk memperkuat klaimnya bahwa Islam identik dengan kekerasan.

Berhubung seluruh penjuru dunia melakukan protes terhadap media Denmark dan pemerintah Denmark, lantas pemimpin redaksi koran tersebut meminta maaf, ini belum cukup menteri luar negeri Denmark Moeller meminta turut meminta maaf, ini dianggap belum cukup sehingga seluruh duta besar di negara-negara Islam meminta maaf. Permintaan maaf koran tersebut di samping takut pada kekuatan umat Islamdi dunia, juga takut korannya tidak laku, sedang permintaan maaf pemerintah Denmark karena takut pada ancaman-ancaman terorisme di masa mendatang, juga takut aset-aset ekonominya di dunia Islam menjadi terancam. Bagi sebagian umat Islam di muka bumi yang merasa tersakiti, insya Allah akan memaafkan sebab ajaran mereka mengajarkan untuk selalu memberi maaf –pelaku-pelaku pengrusakan terhadap kantor kedubes Denmark hanya terjadi di dua negara Suriah dan Libanon, sedang aksi anarkis FPI di Indonesia dalam tahap yang wajar- ini menunjukkan hanya sebagian kecil dari dunia Islam yang besar di dunia yang melakukan kekerasan. Bagaimana mungkin umat Islam yang pemaaf ini diidentikkan dengan perang, kekerasan, dan pembunuhan? Memang ada sebagian umat Islam yang terjebak melakukan tindakan anarkis dalam protes terhadap karikatur Nabi, terjebak dalam terorisme, tapi sebagian besar umat Islam di dunia pasti mengutuk aksi-aksi terorisme dan pembakaran terhadap kedubes Denmark. Saat bersamaan mampukah AS yang “membesarkan Osamah bin Laden” untuk secara murni menyerang para teroris saja, bukan menyerang umat Islam seperti yang mereka lakukan dalam perak Teluk, perang Irak, dan kemungkinan menyerang Iran dan Sudan dengan alasan yang dibuat-buat?

Penghinaan Barat terhadap Islam bukan hanya lewat karikatur yang muncul di Denmark, sebelumnya muncul penghinaan terhadap Al-Qur’an di penjara Guntanamoa AS dan penghinaan tentara wanita AS terhadap tahanan-tahanan di Irak. Jadi berbagai penghinaan ini dilakukan seperti terstruktur, meski setelah terungkap ramai-ramai meminta maaf. Dengan berbagai penghinaan terhadap Islam ini, apakah Islam akan kalah? Apakah umat Islam akan semakin berkurang di muka bumi? Apakah kemulyaan Nabi Muhammad akan berkurang?

Nabi Muhammad adalah orang biasa seperti orang kebanyakan yang diangkat menjadi Rosul oleh Allah untuk menyebarkan Islam. Sebagai orang biasa dia makan, minum, tidur, beristri, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Meski orang biasa, tapi sifat-sifatnya sebagai manusia luar biasa; sikap jujur dilakukan dari kecil sampai meninggal, baik hati (dihina oleh orang malah mendoakan yang menghinanya), bisa dipercaya dan melaksanakan kepercayaan dengan baik, bijaksana dalam segala hal, dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dengan lemah lembut dan damai, penyebaran Islam di Mekkah dan awal di Madinah buktinya. Kalaupun sesudahnya berperang, itu karena masyarakat Qurayse di Makkah berulang-ulang menyerang umat Islam dan tidak lama orang-orang Yahudi di Madinah ikut berkomplot, makanya konsep perang adalam Islam setelah diserang. Bukti lain bahwa Islam disebarkan dengan damai adalah penyebaran Islam di Asia Tenggara. Meskipun berperang umat Islam menerapkan peraturan-peraturan perang yang sangat ketat dalam upaya menjaga agar rakyat sipil, wanita dan anak-anak tidak menjadi korban, bedakan dengan AS dan Inggris yang membunuhi rakyat sipil, wanita dan anak-anak di Irak atau Rusia yang menyerang Chechnya secara membabi buta? Dengan kehebatan nabi Muhammad yang luar biasa dan penyebaran Islam yang pesat di berbagai penjuru dunia, maka tanpa ragu-ragu beliau dinobatkan sebagai 100 tokoh terbaik pertama melebihi, Isa, Budha, Alexander yang agung, Julius Cecas, Napoleon Bonaparte serta berbagai tokoh-tokoh hebat lainnya yang pernah lahir di dunia. Tidak ada satu tokoh legenda, paling hebat, dan paling dihormati di Barat dan Timur yang mampu mengalahkan beliau.

Mungkin hal ini diam-diam menimbulkan sikap iri terhadap Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya yakni Islam, sehingga berulang kali mereka berusaha mendiskreditkan Nabi Muhammad, mulai dari penghinaan kebiasaan kawin Nabi, ayat-ayat setan Salman Rusdhi sampai karikatur Nabi Muhammad. Meski dihina, dicaci maki dan didiskreditkan sedemikian rupa, Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia yang paling sempurna yang pernah ada di dunia, beliau tetap dihormati banyak orang baik muslim maupun non muslim meski secara diam-diam. Di Indonesia pada masa lalu Arswendo Atmowiloto pernah membuat lelucon dengan menempatkan Nabi Muhammad di posisi bawah pada tokoh terkemuka di Indonesia, sehingga dia dihujat dan dipenjara. Namun sekarang terselip pertanyaan, kenapa beliau tidak mau divisualisasikan?

Nabi tidak mau divisualisasikan karena meskipun diangkat menjadi Nabi yang paling akhir dan menerima wahyu Allah, beliau tetap ingin dikenang sebagai manusia yang menjadi Nabi. Maksudnya adalah beliau tidak ingin dituhankan seperti Nabi Isa yang dilakukan umat Kristen, simbolisasi penyalipan justru dijadikan sesembahan, Nabi tidak ingin kesalahan masa lalu terulang padanya, makanya beliau ingin dikenang sebagai manusia. Bahkan untuk mendukung hal ini, Allah tidak mengislamkan salah seorang yang dicintai Nabi Muhammad dan pembela beliau yang paling utama yakni kakeknya. Ini menjadi indikasi kuat bahwa urusan hidayah Islam, hanya Allah yang punya hak sedang nabi Muhammad tidak memilikinya. Bagimana mungkin tokoh mulya yang rendah hati, baik hati, jujur, lemah lembut, tenang dan bijaksana ini dikarikaturkan menjadi seorang yang haus perang dengan simbol pedang dan haus darah dengan simbol bom?

Belum hilang dalam benak peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad, umat Islam di dunia kini di hadapkan pada masalah baru yang sengaja diciptakan Barat yakni adanya upaya-upaya untuk menyerang negara-negara Islam. Setelah “sukses” di Afganistan dan Irak, kini beralih pada Iran, mungkin Sudan nantinya atau malah Indonesia akan menjadi sasaran tembak juga? Dalam konteks Iran, beruntung masih memperoleh dukungan dari Rusia dan China, sehingga perang terhadap Irak akan menjadi perang secara global, yang tentu saja tidak diinginkan semua pihak.

Sedang untuk Indonesia, Barat tidak akan berani berperang secara terang-terangan. Paling-paling mereka lembar bola sembunyi tangan, artinya mereka “menundukkan” Indonesia dengan uang, materi dan simulasi media. Jadi hakikatnya dari luar mereka baik, tersenyum manis, dan “senang membantu”, padahal menyumbunyikan sesuatu untuk menjadikan bangsa Indoenesia senantiasa tergantung pada mereka tanpa kehendak apapun.

Berbagai upaya untuk mendiskreditkan Islam, tidak akan mengurangi pemeluk agama Islam di dunia malah bisa berakibat sebaliknya. Sebagai bukti, jumlah umat Islam di AS meningkat dua kali lipat setelah peledakan WTC, sebab waktu itu Al-Qur’an disebarkan secara bebas, sehingga banyak masyarakat AS yang semula memiliki pandangan-pandangan keliru pada Islam menjadi sadar akan kemulyaan ajaran Islam dan mengungkap kedok-kedok Barat yang mendiskreditkan Islam. Bahkan di berbagai negara Eropa, terdapat kenaikan jumlah umat Islam yang signifikan. Islamnya mereka berbeda dengan proses kristenisasi yang di lakukan di Indonesia secara sembunyi-sembunyi, sebab kristenisasi di Indonesia menggarap orang-orang miskin dengan janji-janji ekonomi, sedang Islamisasi orang-orang Barat karena lewat proses pembelajaran dan kesadaran sendiri, sehingga menjadi lebih kuat, yakin dan tak tergoyahkan.

Bagi umat Islam di berbagai penjuru dunia, penghinaan terhadap Nabi Muhammad membuat mereka lebih ingin mendalami pribadi Nabi Muhammad, memahaminya secara utuh dan menjadikannya suri tauladan dalam hidup. Bagi umat Islam yang abangan dan memeluk Islam karena KTP atau orang tua, mereka akan membaca lagi sejarah Nabi Muhammad dan berupaya memahami Islam lagi, sehingga keyakinannya pada Islam menjadi lebih kokoh. Makna lain bagi umat Islam adalah untuk memahmi Islam mereka tidak usah capek-capek belajar di Barat, sebab Islam berasal di Timur Tengah, tumbuh di sana dan menyebar di sana, bukankah lebih baik belajar Islam di Timur Tengah dari pada di Barat?

Penghinaan dalam terhadap Nabi Muhammad menjadikan masyarakat Muslim seluruh dunia sadar bahwa pengidolaan terhadap tokoh-tokoh seperti; ilmuan, penguasa, artis, aktor, penyanyi, olahragawan, politikus, grup musik dan tokoh-tokoh idola laiannya yang menjadi produk media Barat, sudah harus ditinggalkan. Sebab tak ada satu tokoh Baratpun di masa lalu dan kini yang akan menandingi ketokohan Nabi Muhammad dari berbagai aspek kehidupan, sehingga wajar bila dijadikan suri tauladan bagi seluruh umat Islam dalam menjalani kehidupn sehari-hari. Idola-idola seperti Enstein, Karl Max, Hegel, Nietsche, Puff Daddy, Jay Z, Beyonce, Madonna, Michael Jordan, David Backham, Briteney Spers, Justin Timberlake, Bill Clinton, Tony Blair, Grum musik Grand Day, dan lain sebagainya tidak pantas dijadikan idola oleh umat Islam, sebab kehidupan mereka penuh kontradiksi, menabrak etika ketimuran, mementingkan individualisme, dan bukan idola-idola yang pantas ditiru dalam kehidupan umat Islam.

Dengan berbagai pemnghinaan, serangan, dan hujatan terhadap Islam justru membuat efek penyadaran di kalangan umat Islam, dan meningkatkan kuantitas dan kualitas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Benarkah kita semakin sadar dengan keislaman kita?

Wonosari, 16 Mei 2006

*Penulis buku “Mau Kuliah Alternatif, Belajar Otodidak Dong” 2007 yang beredar di Gramedia seluruh Indonesia, Berniaga Dengan Iman dan novel Bidadari Posmodern. Kini sedang merintis Pelatihan LFV (Learning For Living) untuk pelajar, mahasiswa dan umum. Alamat; Jl. Stasiun Depok Lama No. 08 Pancoran Mas Depok.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

zaman keanehan


ZAMAN KEANEHAN

Bersikap tulus sesama

Tanpa harap imbal jasa

Barang aneh dalam masa

Orang berbuat mendapat apa

Tanpa apa-apa tidak ada sikap

Seorang yang tak berpamrih

Dianggap gila

Seorang yang ikhlas

Diduga menyimpan sesuatu di balik muka

Seorang yang tak ingin apa-apa

Diklaim menginginkan apa-apa

Zaman ini adalah keanehan-keanehan

Menjelma menjadi nyata

Menjarah adalah biasa

Korupsi adalah nyata

Maling berdasi adalah pahlawan

Diagungkan semua dapat bagian

Kebohongan milik semua

Kelicikikan alat kesuksesan

Keangkuhan bekal kebenaran

Kecongkakan suara kenyataan

Kejujuran barang langka

Ketulusan jadi legenda

Kebaikan perlahan sirna

Dalam zaman penuh gelora


MENGHIAS DUNIA

Topeng peng peng

Kedok dok dok

Perisai sai sai

Tirai rai rai

Menutup mata dunia

Memperindah pandangn

Menghalangi hakekat

Menelanjangi kepalsuan

Topeng peng peng

Kedok dok dok

Perisai sai sai

Tirai rai rai

Menjalani hidup sampai mengkerut

Menghias mulut dengan pemanis rasa

Merekah bibir gincu-gincu merah

Warna permukaan warna tersembunyi

Kebaikan-kebaikan terselimuti

Kebenaran-kebenaran ternodai

Keburukan-keburukan terwujudi

Kesamaran-kesamaran memenuhi

Topeng peng peng

Kedok dok dok

Perisai sai sai

Tirai rai rai

Hidup zaman ini

Membongkar topeng mengingkari

Memusnahkan kedok melangkahi

Meremukkan perisai menyalahi

Menghancurkan tirai melewati

Norma-norma zaman tak berbentuk

Bersikap arif pada yang tampak

Bijaksana melihat yang tertangkap

Mampu menyingkap yang tersingkap


MENELUSURI PILIHAN

Persimpangan jalan menghadang di depan pelupuk mata

Melangkah ke barat, hati gelisah

Melangkah ke timur, pikiran resah

Melangkah ke selatan, nafsu bergelora

Melangkah ke utara, badan merona

Memilih tidak melangkah, menyalahi norma

Dalam kebingungan

Kaki melangkah mengikuti naluri

Diri patuh pada arah yang dituju

Sesekali ke barat, menghasilkan karya

Sesekali ke timur, melahirkan karsa

Sesekali ke selatan, menciptakan ceria

Sesekali ke utara, menghadirkan sejahtera

Semua arah ada dalam ada

Tidak bisa menafikan salah satu

Masing-masing berjalan sesuai irama

Melantunkan arti seribu satu

Persimpangan jalan memiliki banyak makna

Seperti kata yang mengalir memenuhi berbagai penafsiran

Memenjaran pilihan ke salah satu arah

Sama dengan memenjarakan kata dalam kamus

Biarlah kata menunjukkan makna sendiri

Seperti yang digagas presiden penyair

Atau penjara-penjara kata kita musnahkan saja

Sehingga kata-kata berbicara tentang dirinya sendiri

Hidup adalah memilih berbagai pilihan

Tidak memilih bukan berarti mati

Memilih segala pilihan bukan berarti bunglon

Memutuskan satu pilihan bukan berarti picik

Biarkan diri-diri memutuskan yang dikehendaki

Wonosari, 14 Oktober 2004


SAHABAT KEHIDUPAN

Jalan yang kutempuh penuh liku-liku

Duri-duri menghalangi setiap langkah

Menghambat rencana-rencana yang dibuat

Menjauhkan cita dari harapan

Aku berjalan di lereng bukit terjal

Jalan setapak sempit berkelok-kelok

Menyaksikan ke bawah rasa ngeri datang

Melihat ke depan tujuan yang ingin dicapai menjauh

Aku menelusuri tepi jurang

Senantiasa bersama ketakutan dalam derap langkah

Memandang ke belakang yang tampak kegelapan

Menengok ke samping tak ada jalan keluar

Melongok mata memandang tak menemukan yang dicari

Aku hidup bersama kecemasan

Menyelimuti malam, memeluk siang

Tak ada waktu tersisa

Semua sirna dalam kewas-wasan

Aku ingin meraih bintang di angkasa

Memperssembahkan pada Indonesia

Sebagai sumbangsih pada negara

Bintang menjauh, kabut hitam menemani

Aku asa pada pelukan rembulan

Hangat menyejukkan jiwa

Gelisah terhadap ketidakpastian

Rindu belaian kasih kunjung sampai

Aku adalah sahabat ketidakberuntungan

Memiliki pikiran tak terasah

Dikaruniai pisau tak dapat ditajamkan

Memperoleh emas tak dapat disaring

0Menyerah pada keadaan

Aku teman kegagalan

Setiap jalan yang ditempuh buntu

Berusaha keluar tak menemukan jalan

Melewati berkelok-kelok tak mendapatkan pintu

Membelai kemulekan dalam mimpi

Mencium bau ranum dunia khayal

Aku berkeras melahirkan karya

Pasar tak mampu menerima

Hasil orang-orang tak berguna

Media miliki siapa-siapa

Bukan siapa tak dapat tempat

Kemana harus kucari jalan

Sementara semua sisi saling menutup

Melingkupi diri dalam penjara

Kunci terali hilang entah ke mana

Kehidupan masih menyisakan asa

Asal peras keringat tanpa pamrih

Melahirkan sesuatu berarti kelak

Demi anak cucu tercinta

Menanam pohon kehidupan

Tak dapat dinikmati diri

Memetik buah dari sorga

Hidup bahagia bersama bidadari

Memetik prahara di neraka

Hidup sengsara bersama setan

Siapa dapat memilih mendapat apa

Tidak mendapat apa-apa tanpa kuasa

Aku bisa menggapai dunia pada hari ini

Bernyanyi lagu-lagu ceria

Menari di atas derita

Nurani diliputi sengsara

Pilihan yang tak diharapkan

Nasib

Sial

Buntu

Gagal

Adalah teman sejati dalam kehidupan

Aku tak pernah menyerah pada nasib

Aku tak takut kesialan

Aku tak khawatir jalan buntu

Aku tak cemas kegagalan

Menghasilkan gading dalam belaian ajal


MATI TERTAWA

Aku pemuja kesenangan

Gerik gerik menuju keceriaan

Tingkah laku tentang kegembiraan

Senyum

Sumringah

Tawa

Terbahak

Ceria

Adalah detik-detik waktu yang dilewati

Diskotik

Cafe

Dunia gemerlap

Pesta

Mall

Dolly

Konser

Pertunjukkan

Bioskop

Tempat-tempat keramat sehari-hari

Hidup hanya sebentar tuk menikmati

Segala yang tersedia

Kerja alat kesenangan

Kreatifitas alat keceriaan

Peras otot alat kegembiraan

Pikiran alat kebahagiaan

Inilah alasan hidup

Inilah bekal mati yang tak berarti

Hidup sesaat dihayati

Mati ketiadaan hakiki


MERANA

Penjarah menjadi raja

Menguasai kerajaan

Memerintah sekehendak hati

Tak peduli hati nurani

Para pemimpin bermunculan

sebagai pemimpin kelompok

Bukan negarawan

Bukan pemimpin rakyat

Penghamba kekuasaan

Pengamat berbicara sampai berbusa

Ekonom berdebat sampai berbisa-bisa

Cendikiawan mengabdi pada harta

Intelektual berlomba-lomba menghamba

Pejabat berpikir tetap berkuasa

Pegawai tuan yang tidak ingin menjadi hamba

Petani menjadi budak keserakahan

Nelayan menjadi babu di lautan

Pedagang kecil menjadi sapi perahan

Pengusaha merampok kekayaan

Republik tidak menyisakan sisa-sisa


KEJAHATAN RAJA DUNIA

Kebenaran berada di atas puncak gunung

Berdiri agung di bawah langit

Terbang tinggi di angkasa

Menjauh dari bumi

Tempat manusia bersemayam

Kebenaran menyimpan kepalsuan

Butuh waktu menyingkap topengnya

Maka klaim pada kebenaran

Adalah klaim pada kepalsuan

Apa yang benar sekarang

Menjadi kekeliruan esok hari

Menjadi abu-abu pada masa depan

Menjadi barang rongsokan dalam kehidupan

Orang-orang berilusi

“Kejahatan tidak pernah menang melawan kebenaran”

Legenda

Cerita

Mitos

Media

Mengamini secara patuh

Kenyataan tak pernah mengamini

Kenyataan mengungkapkan apa yang ingin dinyatakan

Bertahun-tahun diperintah seperti budak adalah kejahatan

Kita diam seribu bahasa

Sudah tahu wakil rakyat hendak menjarah

Kita memilihnya atas nama agama

Sadar orang yang memimpin adalah Durna

Kita terpesona

Kita membanggakan Durna masa kini

George Bush

Tony Blair

Fidel Castro

Hambali

Dr. Azhari

Osamah bin Laden

“Bukankah kejahatan lebih unggul dari kebenaran?”

MENDALAMI PUASA

Cahaya bulan menyinari hari

Menerbitkan rentetan waktu terbaik sepanjang tahun

Menyambut senyum, mendapat pahala

Menyambut bahagia, mendapat sorga

Menyambut sedih, mendapat neraka

Cahaya bulan menyinari hari

Kumpulan waktu paling bermakna dalam hidup

Menahan lapar dari nasi

Menahan haus dari air

Menahan diri dari yang halal dalam sinar matahari

Menahan mulut dari bisa

Menahan suara dari kata

Menahan bisikan dari nafsu

Cahaya bulan menyinari hari

Sejumlah hari dalam bulan menyinari yang lain

Membaca ayat-ayat tertulis rapi

Menemukan hakekat makna bagi diri

Membaca ayat-ayat tak tertulis

Menemukan jati diri

Menundukkan wajah di atas sajadah

Melantunkan dzikir setiap waktu

Menyatukan diri dengan Ilahi

Mendekatkan hati pada yang punya

Memperoleh segala harapan berupa ridha

Abadi sepanjang masa


MAKNA BELUM TENTU BERMAKNA SAMA

Mata sendu menyiratkan luka

Kerut di kening menyuratkan gelisah

Muka masam menandakan marah

Senyum manis menunjukkan bahagia

Tawa renyuh menciptakan senang

Senyum sinis menggambarkan dendam

Makna tanda-tanda dari berbagai zaman

Tak mengalami perubahan sampai kini

Padahal segala sesuatu berubah

Sistem tanda yang dibakukan tertulis

Tercetak abadi

Dalam kehidupan sehari-hari

Berbagai tanda-tanda mengalami perombakan total

Dalam buku tidak ada yang berubah

Kehidupan sehari-hari lebih menawarkan banyak kemungkinan dari buku

Belajar dari kehidupan sehari-hari keharusan tak terbantahkan

Pelajar

Mahasiswa

Guru

Dosen

Profesor

Masyarakat

Senantiasa menggali tanda-tanda yang ada

Tidak terjebak dalam buku-buku mati

Hidup yang mengalir sungai-sungai perubahan

Jangan dihambat mengatasnamakan perpustakaan

Punya makna dalam kurun waktu tertentu

Mata sendu belum tentu bermakna luka

Kerut belum tentu bermakna gelisah

Muka masam belum tentu bermakna marah

Senyum belum tentu bermakna bahagia

Tawa renyah belum tentu bermakna senang

Senyum sinis belum tentu bermakna dendam

Kehidupan sehari-hari menawarkan makna berbeda-beda


paham butuh

raih malam raup siang

peras keringat alir darah

kencang otot keluar tenaga

puncak pikir segenap rasa

korban hati manis mulut

gapai cita capai mimpi

penuhi lumbung isi sesuap

KESEMPURNAAN

Menerangi manusia dengan cahaya

Menyentuh hati nurani

Membangkitkan pikiran

Mengendalikan perasaan

Mencapai kesempurnaan

ANGKA-ANGKA MUKJIZAT

Di antara kegelapan-kegelapan, terdapat cahaya

Dalam kesunyian malam-malam, mengandung sinar kehidupan

Di atas hitam-hitam, ada sebekarkas terang yang diharapkan

Asa yang datang, menunggu waktu sekali setahun

Konon antara tanggal ganjil di akhir bulan

21, 23, 25, 27, 29

Angka-angka mukjizat

Terkjebak angka tak dapat apa-apa


SATU KATA

Kilau

Silau

Risau

Parau

Dunia

Rasa

Karsa

Cipta

Karya

Jelma

Hidup

Pulas

Mimpi

Malas

Sepi

nafas

Mati

Dunia

Hidup

Mati

Karib

Manusia

Akhirat

Hidup

Hidup

Hidup

Manusia


Terali

Sepi

Sendiri

Sunyi

Damai

Gemuruh

Baur

Dalam

Diri

OH

Oh

Ah

Dah

Ku

Pah

Wonosari, 16 Oktober 2004


HIDUP ABADI

Usia berkurang setiap saat

Karya turut berkurang

Hidup menjalani taqdir

Melewati hari tanpa arti

Padi menguning ingin dipetik

Dinikmati memenuhi kebutuhan

Memanen padi yang kempes

Usia dibiarkan lewat tanpa makna

Umur boleh berkurang

Badan boleh bertambah rusak

Raga boleh menua

Karya tak ikut mati

Kreasi tak ikut sirna

Hidup jadi abadi


PUNCAK KESEDIHAN

Bukit runtuh

Menyebar jatuh

Menimbulkan resah

Meningggalkan keluh kesah

Mata-mata merona merah

Hujaman pisau-pisau kepiluan menancam

Berdararah-darah

Tercabik-cabik

Terkoyak-koyak

Menghujam ulu kesedihan

Hujan air mata menerpa

Kecewa

Sengsara

Merana

Menyatu dalam syahdu

Bersatu di lain waktu

Wonosari, 10 Oktober 2004

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

Kau


KAU

Ahmad Zamhari Hasan

Kau benar-benar membuatku bingung. Bagaimana tidak bingung, kau awalnya seorang muslim yang taat; puasa sebulan penuh, shalat lima waktu rutin ditambah Tahajjud, zakat fitrah dan harta tepat waktu. Kini kau berubah total

Semenjak kau mengenal seorang lelaki yang tak jelas latar belakangnya, perubahan mulai nampak. Kau sering meninggalkan kewajiban-kewajiban ibadah shalat, kios di pasarpun, kau biarkan terbengkalai. Kau pergi jalan-jalan ke bermacam-macam tempat; gunung Raung, gunung Semeru, gunung Argo Puro, Alas Purwo dan tempat keramat lainnya. Katanya untuk memperdalam ilmu kebatinan.

Terlalu sering bepergian, tanpa mempedulikan usaha perdagangan, membuatmu jatuh bangkrut. Suatu hukum alam yang wajar. Kau tidak bersedih sama sekali. “Orang bangkrut merupakan proses alamiah, tidak usah dikhawatirkan. Malah aku sudah mengetahui akan bangkrut seperti ini,”

“Seandainya kau sudah mengetahui sebelumnya, kenapa tidak diantisipasi?” aku penasaran dengan ungkapannya.

“Segala sesuatu ada yang mengatur. Ketetapan Kaula Gusti merupakan kepastian, bahwa aku harus mengalami kejatuhan usaha perdagangan, supaya sukses dalam meraih ilmu kebatinan.”

“Terserahmulah!”

Kau tetap hidup dengan santai. Hutang sana sini yang menumpuk, tak membuatmu khawatir. Kau terus melangkah dengan keyakinan baru, keyakinan yang menurutku membuatmu semakin terpuruk. Keyakinan yang menggiringmu menjauhi Allah. Keyakinan yang menghantarkanmu tak peduli pada ajaran-ajaran spritual Islam. Suatu kontradiksi yang tak pernah kumengerti.

“Mengapa kau tidak pernah shalat?”

“Untuk apa shalat? Kau memang tidak pernah berpikir maju. Manusia setiap saat bisa mengingat Tuhan, kapan saja dan dimana saja. Kalau sudah mengingatnya setiap saat, apa gunanya shalat? Bukankah hakekat shalat mengingat Allah.”

“Shalat merupakan kewajiban yang harus dijalani.”

“Kewajiban adalah pemaksaan yang tidak harus dijalani. Kau tahu, jika sudah mencapai taraf yang sempurna dalam kebatinan, tidak perlu lagi ibadah sehari-hari yang hanya mengganggu aktivitas.”

“Astagfirullah! Tobat, sahabatku. Kau nanti murtad!” kau terseyum simpul. Senyum yang tak kupahami maknanya.

Pernah suatu waktu kau mengajakku bertemu gurumu, yang memiliki ilmu kebatinan lebih sempurna. Dia tidak sombong sepertimu, dia lebih rendah hati. Dia berusaha memahami bahwa aku seorang santri, sehingga tidak berusaha merubah keyakinanku. Aku menjadi bertanya-tanya. Mungkinkah sasaran mereka orang-orang yang tidak berpendidikan sepertimu. Aku tahu kau hanya lulusan SD, sehingga mudah dipengaruhi orang lain. Anehnya aku yang telah lulus Pesantren selama delapan tahun, tak mampu mempengaruhimu.

Memang, kau kini memiliki kelebihan di bidang supranatural. Kau mampu menahan hujan supaya tidak turun ke suatu tempat, kau mampu menyembuhkan orang yang kerasukan, dan menjalankan ritual menghidupkan dupa tiap malam Jum’at. Mungkinkah sebuah kenyataan metafisik bisa merubah keyakinan seseorang? Akankah tongkat yang bisa terbang merubah keyakinan satu kali satu sama dengan dua? Mungkinkah kulit yang tak tertembus peluru membuat seseorang tidak ingin melakukan ibadah spritual? Akankah dengan mengingat Kaula Gusti gugur semua kewajiban? Tentu saja Tidak.

Kau sahabatku yang lain, memiliki tindakan hampir sama dengan latar belakang berbeda. Kau sahabatku di Pesantren, yang kuanggap lebih taat dalam melaksanakan ibadah dariku yang jarang shalat jama’ah, dan hanya melakukan shalat wajib. Sedang kau; shalat jama’ah, tahajjud, dhuha, dan shalat sunnah lain tak pernah dilalaikan. Tapi ketika bertemu denganmu kulihat kau sama sekali tidak shalat.

“Kenapa kau tidak shalat?”

“Sekarang zaman postmodern. Shalat dan ibadah spritual yang lain hanya merupakan kearifan tradisi.”

“Aku tidak mengerti!” Aku yang dulu dianggap lebih lihai darimu dalam berdebat, kau buat melongo. Aku memang bernasib buruk tak mampu melanjutkan pendidikan, sedang kau; alumni universitas Kairo Mesir dan akan melanjutkan program studi doktoral di Amerika Serikat.

“Ibadah spritual yang kau jalani sekedar merupakan warisan tradisi Arab Abad pertengahan, yang tidak mesti dijalankan sekarang. Ada sejarah panjang yang terpotong antara abad pertengahan dengan era postmodern. Kau tahu dalam zaman postmodern, semua wacana besar dunia mengalami dekonstruksi dalam segala bidang, termasuk agama Islam. Kita perlu memperbaharui wacana baru Islam.”

“Pembaharuan dalam agama Islam hanya dijalankan Nabi yang memiliki mukjizat, shabat-shahabat Nabi yang khusus, thabi’ien yang lebih spesifik, tokoh-tokoh yang memiliki keistimewaan seperti Jamaladdin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan lain-lain.”

“Pemikiranmu masih terbelakang. Kita diciptakan Tuhan menjadi Manusia yang memilki akal untuk mempertimbangkan dan memikirkan segala masalah. Akal manusia mampu menjangkau segala permasalahan, tidak hanya Nabi dan orang-orang yang kau sebutkan tadi. Kita mampu mencapai taraf pemikiran yang sempurna dengan melatih terus menerus, dengan membuka diri pada berbagai wacana yang berkembang, khususnya di Barat, yang harus diakui telah mencapai taraf yang mencengangkan,” Aku linglung. Mungkinkah akal yang kumiliki mengalami kemacetan?

“Semua agama di dunia mengajarkan untuk melakukan ibadah spritual, antara satu agama dengan yang lain berbeda, padahal mereka menyembah Tuhan yang sama. Kenapa tidak kita rangkum semua keyakinan beragama, dalam satu keyakinan yang sama. Bahwa kita menyembah satu Tuhan, dengan menyingkirkan segala perbedaan wacana ibadah spritual. Di sinilah kita bisa hidup damai, toleransi, dan saling menghormati sebagai sesama manusia.”

“Sudahlah, teman! Aku tak mampu mencerna pemikiranmu.” Aku merenung dalam waktu lama. Seperti Al-Ghozali yang mengalami masa kontemplasi, tapi aku tidak sejenius dia, yang dalam kebingungan mampu melahirkan pemikiran jenius. Aku masih tak mengerti melihat dua fakta berbeda; seorang teman melalaikan ibadah spritual karena kurang berpendidikan dan tertarik pada kebatinan yang menawarkan ilmu supranatural, sedang teman satunya melihat ibadah spritual sebagai kearifan tradisi karena terlalu pintar dengan paradigma Barat. Aku yang tidak terlalu bodoh, tapi tidak terlalu pintar menjadi bingung, tak tahu harus melangkah kemana.

Dalam kebingungan, aku mencoba berkomunikasi dengan batinku sendiri. Mencoba berbicara dengan hatiku yang lama tak kuajak berbicara. Mencoba menggali potensi imajinasi yang kubiarkan menjadi khayalan. Mengajak pikiranku mengelana pada beberapa literatur yang pernah dibaca dan pengalaman hidup sehari-hari. Aku mencoba mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk menemukan jawaban dari kebingunganku.

Ibadah spritual merupakan kearifan tradisi, benarkah? Manusia hidup memang harus mengoptimnalkan akal dalam taraf yang paripurna, tapi manusia dalam sejarahnya tak pernah mampu benar-benar lepas dari tradisi. Buktinya agama-agama besar dunia tetap mampu bertahan dalam segala zaman, bahkan secara kuantitas lebih besar dari kaum universalis sekuler, padahal semua agama mewajibkan tradisi-tradisi tertentu. Itu berarti manusia dengan tradisi seperti dua sisi mata uang tak dapat dipisahkan. keperpijakan manusia pada tradisi, bukan tanpa pertimbangan akal yang paripurna. Justru karena akal dalam tatanan tertentu tak mampu menjangkau sesuatu, maka manusia menoleh pada hati nurani, inilah yang mendekatkan manusia dengan Allah, agama dan tradisi.

Betul shalat memang tradisi, tapi suatu tradisi yang mampu membimbing umat Islam pada ketenangan batin, mencerahkan jiwa yang gersang, mengendalikan nafsu yang meledak-ledak, merupakan komunikasi langsung dengan Allah, sarana memperbaiki tingkah laku. Shalat merupakan sarana yang paling efektif guna berkomunikasi dengan Allah secara langsung, menyampaikan keinginan berada dalam jalan lurus ketika membaca Al-fatehah, hanya Allah yang patut diagungkan dalam takbir, Ruku’ perwujudan saling menghormati sesama manusia, menyampaikan keluh kesah dalam sujud, dan menunduk di hadapkan Allah menunjukkan bahwa akal manusia yang mengatakan shalat kearifan tradisi, ternyata tak mampu menjelaskan segala hal, kecuali akal-akalan saja. Donald B Calne seorang penulis Barat telah mengakui keterbatasan akal dalam bukunya Batas Nalar. Beberapa pemikir Barat seperti Heideger, Faucolt, Nietsche, dan beberapa tokoh Barat lainnnya telah menelanjangi beberapa kelemahan dari rasionalitas Barat yang justru menjerumuskan kehidupan umat manusia pada kehancuran budaya dan alam, dengan pemanfaatan yang berlebihan lewat teknologi dan ilmu perngetahuan.

Menganggap shalat sebagai kearifan tradisi hanya pelarian, kartena ingin lari dari kewajiban? Immanuel Kant yang merupakan tokoh peletak dasar rasio murni, menganjurkan ketidak manfaatan ibadah di gereja karena di masanya gereja-gereja yang ada justru menjauhkan manusia dari Tuhan, hukuman pada yang bertentangan dengannnya, dan sistem yang diterapkan sangat bobrok. Bagaimana mungkin umat Islam mau mengikuti ajaran Kant, padahal dalam Islam tidak ada sistem gereja dan pastoral. Masjid tidak sama dengan gereja dalam menjalankan fungsinya, sehingga suatu ironi apabila umat Islam mengikuti sesuatu yang salah dengan konteks yang berbeda.

Pada saat bersamaan, kuingat Karl Max pernah menawarkan wacana komunisme dengan ajaran utamanya ateisme yang menganggap Tuhan adalah candu, kini hancur berkeping-keping, banyak negara penganutnya meninggalkannya. Kapitalisme yang sedang menguasai dunia, hanya menciptakan ketidakadilan di tengah-tengah masyarakat dunia, negera kuat menghisap negara miskin dan berkembang. Bahkan wacana demokrasi yang merupakan produk masyarkat modern yang paling unggul, ternyata tak pernah membawa kesejahteraan di negara-negara berkembang, justru dijadikan senjata intervensi Barat.

Kulihat dengan mata kepala sendiri, serbuan budaya Barat dalam negaraku Indonesia yang mayoritas muslim, justru menciptakan krisis multi dimensi yang tak kunjung selesai. Kenapa harus ikut Barat? Benarkah budaya Barat yang adiluhung menawarkan kedamaian bagi seluruh umat manusia, atau hanya omong kosong demi kedamain yang hakekatnya menjaga kepentingannya? Melihat fakta-fakta ini, membuatku bertambah yakin dengan Islamku beserta kewajiban ibadah spritualnya, rukun Islam; shahadat, shalat, puasa, zakat, haji, konsep imannya yang agung, dan ihsan sebagai upaya aktualisasi diri.

Islam adalah jalan hidup yang akan menggiringku bersikap toleransai, hormat pada sesasama tanpa memandang ras, suku dan agama, memahami universalitas manusia tanpa meninggalkan keyakinan agama yang diaggap bersifat partikular, dan bisa hidup damai tidak hanya dengan orang Timur, tapi dengan orang Barat, bahkan dengan Yahudi sekalipun asal tidak menindas. Hanya yang jadi masalah umat Islam perlu melakukan perenungan, pemikiran yang mendalam, mengoptimalkan hati pada taraf yang sempurna, dan senantiasa mengasah imajinasi, kecerdasan emosi, pikiran, mendalami Al-Qur’an dan Sunnah, agar Islam sebagai agama spritual dan sosial mampu menghadapi tantangan postmodernitas. Jangan hanya puas dengan wacana Asy’ariah, wacana Islam Salaf, dan wacana lainnya yang kurang kontekstual.

Kau sahabatku, tidak perlu gundah dengan hasil perenungan dan pemikiranku ini. Biarkan aku dengan agama Islam, yang kuyakini secara kaffah. Aku juga tidak akan menggugatmu, tapi berharap agar wacana yang kau sampaikan dalam lingkungan terbatas sesama orang-orang yang mampu mengoptimalkan akal, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Bukankah suatu kesalahan memberi makan beras pada sapi? Bukankah keliru mengajari anak TK masalah filsafat? Bukankah tidak bijaksana memandang masalah dari sudut kepentingan diri, tanpa memandang orang lain?

Kau, Aku, dan umat Islam, ditantang untuk mampu menghadapi perubahan yang berjalan sangat cepat setiap detik. Bagaimana menghadapi perubahan ini, tanpa merubah keyakinan dasar yang bersemayam tidak hanya dalam akal, tapi telah mengakar dalam hati. Al-Qur’an mengajarkan menembus langit supaya sampai di bulan, mengapa kita hanya bertengkar di bumi? Memikirkan masalah yang bukan masalah? Terperosok dalam budaya yang bukan jati diri kita? Mengapa kita biarkan dijajah dalam segala aspek kehidupan? Itu karena konsep waktu berputar tak pernah dipahami, karena kita masih terlelap dalam wacana Mimpi yang tak pernah jadi nyata.

Kau telah mempertebal keyakinanku pada Islam. Terima kasih! Hormati keyakinanku yang tak pernah berubah, meski segala wacana besar dunia mengalami perubahan.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

Kebingungan Membawa Kedamaian


Kebingungan Membawa Kedamaian

Ahmad Zamhari Hasan

Orang di desaku, memanggilku Munu. Padahal nama asliku, adalah Muhammad Nurkholis. Mungkin karena aku tidak berpendirian pada salah satu kelompok; Muhammadiyah atau Nahdhatul Ulama, dua organisasi Islam yang ada di desaku, sedang organisasi Islam yang lain kalaupun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Rumahku yang terletak di tengah-tengah desa, berbaur dengan rumah-rumah penduduk dari kedua kelompok.

Meski bukan termasuk salah satu di antara keduanya, aku bangga pada mereka. Mereka hidup tentram, damai, dan saling menghormati. Perbedaan pendapat pasti ada, keduanya saling berupaya untuk memahami keadaan masing-masing. Setiap pertentangan yang muncul bisa diatasi.

Kecuali pertentangan kali ini; perbedaan menyangkut Idul Fitri. Jauh hari pimpinan pusat Muhammadiyah mengumumkan bahwa mereka akan melaksanakan Idul Fitri terlebih dahulu, sedang NU mengikuti pemerintah, sepakat melaksanakan sehari kemudian.

Orang-orang sibuk memikirkan pelaksanaan shalat Id, aku pusing pada diriku sendiri. Berdiri di mana, di antara dua persimpangan jalan. Mengikuti Muhammadiyah, hatiku tidak suka. Mengikuti NU, pikiranku tidak setuju. Dalam lubuk hati paling dalam, aku ingin agar keduanya berjalan seiring sesama. Memilih hati, mengabaikan akal yang merupakan karunia Allah, membuatku tergantung. Sebaliknya memilih akal, berarti menjauhkan diri dari hidayah Allah, sebab hidayah berjalan melewati pintu hati, bukan akal.

“Gimana, Munu? Mati kutu kau sekarang!” Rudi menyapaku di warung kopi, dekat pertigaan jalan desa.

“Bukan mati kutu, bingung! Aku tidak mengerti bagaimana mungkin kita berbeda melaksanakan Idul Fitri, padahal mendiami negara yang sama. Perbedaan antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian tengah, hanya satu jam, sedang perbedaan dengan Indonesia Timur sekitar dua jam. Perbedaan yang begitu dekat, anehnya membuat kita berbeda menetapkan pelaksanaan hari raya Idul Fitri dalam hitungan hari. Kalau berbeda jam, misalnya orang-orang Muhammadiyah melaksanakan pukul 06.00 pagi, dan orang-orang NU melaksanakan pukul 07.00 pagi, wajar, karena jarak waktu hanya sejam. Tapi ini berbeda sehari.”

“Muhammadiyah menggunakan Hisap, dan NU menggunakan Rukyah, lumrah berbeda.”

“Lagi-lagi persoalannya, orang-orang Muhammadiyah menggunakan akal, dengan melakukan hisap. Sementara orang-orang NU menggunakan panca indera yang berpusat di hati. Kenapa antara keduanya tidak digabung?”

“Sok filosofis! Paling penting sebagai orang NU ikut pimpinan saja.”

“Tidak boleh begitu,” tegur Sudaryono dari belakang. “Kita harus memiliki pendirian dalam melakukan hari raya.”

“Apa? Aku tidak punya pendirian?” Rudi naik pitam.

“Buktinya hanya ikut-ikutan!” Suara Sudaryono juga meninggi.

“Kau juga ikut-ikutan. Kalau sesuai prinsip sendiri, mengapa tidak melaksanakan hari raya Sabtu?”

“Jangan ngawur!”

“Kau yang ngawur.” Keduanya tak mampu menahan amarah. Mereka berusaha saling mendekati, dan hampir terjadi perkelahian. Aku menghalangi, dengan berdiri di antara mereka.

“Tenang Rud! Kamu juga, Yon. Mari kita bicarakan secara baik-baik.” Nafas keduanya turun naik, terengah-engah menahan amarah.

“Duduk di tempat masing-masing dengan tenang!” perintahku.

“Hmmm hmmm!” Keduanya menarik nafas, dan duduk di sebelah kanan dan kiriku.

“Desa kita, hidup damai selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Hanya masalah kecil begini akan ribut. Persoalan sepele yang kalian ributkan, bisa berujung pada pertengkaran yang lebih besar. Berapa banyak kerusuhan di negeri ini, yang awalnya disebabkan kelakuan anak muda yang tidak bertanggung-jawab seperti kita. Kita harus belajar menahan diri.” Kuperhatikan mereka berdua; Rudy menundukkan wajahnya, Sudaryono menatap ke depan.

“Persoalan antara suku Madura dan Dayak di Kalimantan, kerusuhan antar pemeluk agama di Maluku, dan kerusuhan antar kampung di Jakarta, beberapa contoh riil, dimana kita anak muda, menjadi penyebab awal, karena membiarkan emosi mengendalikan diri kita, bukan kita yang mengedalikan emosi. Begitu kerusuhan meletus, susah menyembuhkan luka yang terlanjur menganga lebar. Untung sudah reda sekarang. Jangan sampai kita memulai yang baru, dengan berbuat kerusuhan di desa ini. Kita sebagai generasi muda harus memberi tauladan yang baik sebagai generasi yang mampu mempertanggung-jawabkan segala tingkah lagku,” mereka diam mendengarkan dengan seksama. “Ayo, salaman!” Mereka saling pandang, lantas mengulurkan tangan masing-masing.

“Maafkan, aku Rud!”

“Aku, juga Yon.” Senyum di antara mereka merekah kembali, aku gembira melihatnya.

Perseteruan antara dua pemuda memang bisa di atasi, masalah lain muncul. Ada kecendrungan baru yang buruk beberapa hari menjelang hari raya. Orang-orang NU dan Muhammadiyah, mulai berkelompok saat pelaksanaan shalat Tarawih. Entah siapa yang mengatur, sebelah utara ditempati orang NU, dan sebelah selatan ditempati orang Muhammadiyah. Sebelumnya tidak pernah terjadi. Keluar dari masjid kembali secara berkelompok. Ini buruk menurutku. Jika semangat kekelompokan menjadi fanatismu buta, maka hanya tinggal menunggu percikan api kecil, untuk membakar seluruhnya.

Aku berusaha melobi pimpinan masing-masing untuk mengadakan pertemuan bersama, membahas masalah ini. Jika dibiarkan pengelompokan dan kasak kusuk, yang membicarakan yang satu dengan yang lain, dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahpahaman. Kesalahpahaman yang akan membawa malapetaka yang tidak diinginkan. Mereka bersedia bermusyawarah di masjid pada malam Kamis.

“Saudara-saudara sekalian, pada pertemuan kali ini, kita akan membicarakan tentang pelaksanaan shalat Idul Fitri di desa tercinta ini. Mengingat Muhammdiyah akan melaksanakan hari Kamis, dan NU akan melaksanakan hari Jum’at. Bagaimana mengatur takbiran, mengatur shalat Idul Fitri, dan acara silaturrahim. Pertama dipersilahkan H. Abdul Karim pimpinan Muhammadiyah ranting desa ini memulai duluan, mengingat mereka akan melaksanakan besok.”

“Terima kasih. Aku cemas melihat perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini, yang dipicu adanya perbedaan pelaksanaan shalat Idul Fitri. Sebagai pimpinan di sini aku melimpahkan mekanisme takbiran, shalat Id, dan silaturrahim pada pimpinan NU. Apapun keputusanya kami hormati.”

“Tidak terserah sampean saja!” seru Kiai Rahman ketua ranting NU.

“Berhubung saling menyerahkan, maka sebaiknya dibahas satu-satu, dicari pemecahan bersama, dan kita sepakati. Setuju?”

“Setujuuu!” sahut hadirin.

“Masalah pertama ialah takbiran. Apa pendapat kalian?”

“Mengenai takbiran, tidak usah takbiran keliling dan tidak usah memakai pengeras suara, cukup di rumah masing-masing. Tidak hanya berlaku bagi orang Muhammadiyah, termasuk pihak NU.”

“Saya, mewakili pihak NU setuju. Itu berarti saling menghormati, tanpa mengganggu salah satu pihak.”

“Bagaimana yang lain?”

“Setujuuu!”

“Untuk pelaksanaan shalat Id, sebenarnya bukan masalah, karena kami orang-orang Muhammadiyah biasa melaksanakan di tanah lapang. Rencananya di lapangan sepakbola desa, jadi kalian bisa menggunakan masjid. Hanya pengeras suara di pindah sementara ke lapangan,” usul Sudaryono.

“Tidak masalaaah!”

“Untuk silaturrahim,” aku menimpali. “Kita bisa saling berkunjung, hari Kamis orang-orang NU bersilaturahim ke rumah orang-orang Muhammadiyah, hari berikutnya giliran orang-orang Muhammadiyah yang bersilaturahim ke rumah orang-orang NU. Tentu bagi orang Muhammadiyah tidak usah menyuguhkan makanan, karena orang-orang NU sedang berpuasa. Bila pada masa mendatang terjadi sebaliknya, kebijakan ini tetap berlaku. Kalian setuju?”

“Sangat setujuuu!”

“Berarti kita telah menyepakati tiga hal pokok; takbiran tanpa pengeras suara di rumah masing-masing di malam takbiran, shalat Id di lapangan bagi Muhmmadiyah dan di Masjid bagi NU, ketiga silaturrahiem dilaksanakan dengan cara saling mengunjungi antara salah satu pihak. Kita sepakat berbeda, tetap dalam kesatuan.”

“Bagaimana denganmu, Munu? Muhammadiyah bukan, NU bukan.” Aku kaget, tak tahu harus berbuat apa.

“Ya, betuuul,” sahut hadirin kompak.

“A…ku,” aku berpikir keras. “Aku akan ikut kedua kelompok saja.”

“Ha ha ha!” mereka tertawa.

“Tidak boleh begitu, kamu harus punya pendirian yang tegas.”

“Sudahlah! Tidak perlu mempersoalkan Munu, paling penting permasalahan antar kita berhasil disepakati. Biarkan Munu dengan keyakinannya.” Pertemuan berakhir. Mereka saling berjabat tangan. Aku gembira melihat kenyataan ini, sekaligus bingung. Bagaimana dengan diriku?

Aku diam-diam berbuka puasa pada hari Kamis, tapi melaksanakan shalat Id pada hari Jum’at. Hitung-hitung mengakomodasi kedua kelompok. Mengenai mana yang benar hanya Allah yang tahu.

Seorang makmum hanya mampu mengikuti imam, tanggung jawab kebenaran berada di tangan mereka. Maka diperlukan sikap berhati-hati, teliti, dan melihat kenyataan di masyarakat, dalam menentukan suatu keputusan.

Warga desa benar-benar memahami prinsip musyawarah. Mereka menjalankan kesepakatan dengan patuh. Tidak ada pengelompokan dalam pergaulan, tidak ada perselisihan, dan tidak ada permusuhan. Kedua belah pihak saling mengerti, menyangkut keyakinan masing-masing.

Wonosari, 10 Januari 2003

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 9, 2008 inci Uncategorized

 

Hello world!


Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 8, 2008 inci Uncategorized